Ketegangan muncul lagi di sekitar tanjakan Ule Kota Bima. Berawal dari kericuhan saat acara musik di Kelurahan Kolo yang menyebabkan pemuda Melayu dikeroyok, kemudian berlanjut dengan penganiayaan mahasiswa asal Kolo. Kabarnya, kasus di Kolo karena ada yang berulah di arena hiburan sehingga menjadi sasaran pelampiasan kemarahan para pengunjung. Penusukan mahasiswa asal Kolo disebabkan karena penyaluran emosi yang kebablasan dan menyamaratakan sasaran.
Kemunculan kasus itu mesti diprihatinkan bersama. Sama seperti yang terjadi sebelumnya. Dipicu oleh satu kejadian, kemudian menggeneralisasi sasaran kemarahan kepada warga yang berasal dari wilayah lawan. Pokoknya yang penting warga yang sama.
Ada dua aspek yang perlu dicermati bersama dari pengulangan kasus itu. Pemberian izin acara musik pada malam hari sangat rawan memicu instabilitas wiayah. Kasus seperti ini adalah rangkaian dari sebelumnya. Entah sampai kapan? Tidak ada jaminan keamanan dari kerumunan kaum muda pada malam hari. Aparat Kepolisian bisa mendeteksi pengalaman empiris dari berbagai acara. Mereka yang sebelumnya memang memiliki masalah, bertemu dalam momentum itu dan memroduksi keonaran. Aroma kegembiraan dan hentakan musik yang menggiring suasana menghanyutkan rasa. Jika ditambah aroma minuman keras, maka kericuhan sudah di depan mata. Bukankah selama ini hanya bersenggolan sedikit saja bisa memicu emosi berlebihan hingga berdarah-darah?
Selain itu, solidaritas kaum muda saat merespons sesuatu selayaknya menjadi catatan penting. Kerap muncul rasa solidaritas yang diekspresikan secara membabi-buta dan menabrak aturan hukum. Solidaritas abu-abu yang seringkali muncul pada berbagai tempat. Itu solidaritas keliru, karena mengarahkannya pada mereka yang sesungguhnya tidak berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Asal satu kampung atau tempat tinggal, dieksekusi tanpa ampun.
Solidaritas melenceng itu tidak hanya di Melayu, tetapi juga di wilayah lainnya. Semua berpotensi melakukan anarkisme dalam derajat keberingasan masing-masing. Kasus seperti ini selayaknya kembali menjadi fokus perhatian, karena memicu instabilitas yang lebih luas.
Kita mengharapkan agar kasus penganiayaan itu diproses secara hukum agar mereka yang terlibat memaknai arti pertanggungjawaban. Selain itu, ketegangan ini segera berakhir dan potensi warga diarahkan pada hal-hal positif. Berdamailah…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
