Daerah Bima kental dengan semangat “membumikan” Al-Quran. Setidaknya, ada dua nama yang menghentak panggung dunia dengan kekuatan tilawahnya. Ya, H. Abubakar Husein dan H. Ramli Ahmad. Oleh karena itu, jika ada buncahan hasrat ingin mengembalikan kejayaan itu, sangatlah wajar. Dua nama itu saja sudah memopulerkan nama Mbojo hingga kini.
Bagaimana dengan Kota Bima sekarang ini? Dinamika dalam mengaji itu mulai memasuki ‘ruang bawah’. Prestasi kian merosot. Kegagalan memertahankan prestasi juara umum beruntun adalah indikasi nyata. Terakhir, kasus yang mengiringi proses perhelatan MTQ Kelurahan Matakando adalah suguhan buruk. Manajemen penyelenggaraan digugat, ada gosip-gosip soal uang yang menyeruak ke ruang publik. Pengembalian hadiah oleh lima juara pada berbagai cabang lomba adalah berita pahit lainnya yang mengiringi.
Dari fluktuasi prestasi dan kasus Matakando itu, ada tiga aspek krusial yang layak menjadi catatan penting bagi umat Islam Kota Bima. Pertama, penyelenggaraan MTQ pada level apapun sejatinya disiapkan matang dari berbagai sisi. Aspek koordinasi dan kekompakkan adalah elemen penting untuk meminimalisasi potensi keributan atau kekurangan. Momentum MTQ adalah arena mengeksplorasi seluruh kemampuan peserta, tidak lagi direcoki dengan insiden-insiden.
Kedua, suguhan tidak mendidik di Matakando itu mesti dimaknai sebagai tamparan keras karena perhelatan untuk “membumikan” kalimat Allah dinodai oleh peristiwa yang berseberangan dengan misi utama. Kita mengharapkan ada kesadaran bersama memahami keadaan dan membahasnya dalam semangat ukhuwah.
Soal hadiah memang selalu hangat didebatkan. Gugatan yang selalu muncul adalah, mengapa hadiah bagi juara MTQ kalah keren atau jauh mentereng ketimbang juara pacuan kuda, motor cross, atau malah gerak jalan santai? Mengapa penghargaan terhadap kemampuan memahami al-Quran hanya sesederhana seperti yang diterima selama ini? Masih ada rangkaian pertanyaan lainnya.
Tetapi, mari segera mengambil langkah solutif. Mari kita bermuhasabah di titik ini. ya, titik sensitif yang bisa menjadi bahan cemoohan komunitas lain. Mari merefleksikan apa yang sesungguhnya pantas dipertontonkan dalam momentum MTQ dan apa yang layak diapresiasi kepada para juara. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
