Bima, Biimakini.com.-Orangtua jangan egois dan menganggap generasi muda sebagai saingan. Tetapi, hendaknya generasi muda disiapkan sebagai kader pelanjut syiar Islam. Tentunya, mereka diberikan kesempatan tampil sebagai tokoh masa depan, diberi peluang dan kepercayaan untuk membina diri, keluarga, lingkungan, dan lainnya agar lebih baik lagi.
Hal itu dikemukakan Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnain, ST, saat acara khataman masal di halaman SDN Kombo Desa Raba Kecamatan Wawo, Rabu (6/6).
Saat ini, dinilai Bupati, kerap dijumpai banyak orangtua yang tidak menyadari dan memertahankan egonya secara borongan. Seperti dalam masjid dan mushalla, memborong tugas sebagai muadzin, imam, dan khatib. Mereka mengetahui ada anak muda potensial yang bisa menyampaikan khutbah, adzan dengan suara yang lebih bagus, bacaan Al- Quran lebih baik mahraz dan tajwidnya, tetapi tidak diberi kepercayaan karena takut disaingi.
“Kalau sudah uzurkan, lebih baik didik generasi muda agar ada pelanjut. Jangan borongan tugas sebagai muadzin, imam, dan khatib,” ujarnya.
Tidak hanya itu. Kata Bupati Ferry, ada yang sampai memegang kunci agar orang lain tidak menggantikan tugas dan fungsinya. Bayangkan, paginya pergi nonton pacuan kuda, saat mendekati Zhuhur kembali lagi ke masjid untuk adzan dan tugas lainnya. Usai Shalat Zhuhur kembali lagi ke pacuan kuda hingga Ashar.
“Inikan namanya kerja borongan. Coba kalau diberikan kepercayaan kepada orang lain, pasti pekerjaan itu menjadi lebih ringan dan ada kader pelanjut,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pengaderan ulama itu perlu segera dilakukan agar kontinuitas kegiatan keagamaan terjaga. Selama ini, ada kader ulama, tetapi juga kader politik. Bahkan, sibuk mengurus partai politik. Kalau modelnya seperti itu, maka wibawa ulama akan hilang dan kurang dipercaya oleh umat. Bayangkan, kalau mereka berdoa maka umat akan mencibir sedang kampanye.
“Jika mereka tidak ngomong di depan ulama semacam itu, tetapi dibelakang bisa dipastikan akan ngomong. Kasihan kader ulama, padahal mereka seharusnya sebagai pewaris Nabi yang selalu didengarkan bicara dan fatwanya,” katanya.
Kondisi ulama di Kabupaten Bima saat ini, katanya, hampir sama dan umat Islam. Mulai kehilangan figur ulama karismatik yang disegani dan dipatuhi umat. Namun, kader ulama saat ini selalu dimanfaatkan oleh partai politik. Ada yang masuk Partai Golkar, Gerindra, PAN, PKS, dan lainnya. “Kita sulit mencari figur ulama karismatik dan senang dengan predikat keulamaannya,” ucapnya.
Seharusnya, kata dia, setiap desa itu harus muncul kader muda yang bisa tampil sebagai muadzin, tampil sebagai imam mushalla, dan masjid, tampil sebagai dai dan daiyah sehingga mereka ditokohkan dalam desa itu.
“Karena itu saya minta kepada Kades, Camat untuk mendorong terbentuknya Remaja masjid. Kalau bukan sekarang kita pikirkan, kapan lagi. Kita beri kepercayaan kepada mereka untuk membina diri dan tampil sebagai tokoh panutan,” katanya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.