Kota Bima, Bimakini.com.- Pembangunan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) bagian dari instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bima sudah rampung. Fasilitas itu tampak melintang pada beberapa wilayah seperti di Kecamatan Woha dan Bolo Kabupaten Bima. Namun, sosialisasi tentang dampak dari instalasi itu belum dilakukan oleh perusahaan.
Kenyataan tersebut memantik kritik dari sejumlah mahasiswa di Bima, terutama mereka yang memiliki kompetensi dan latar belakang ilmu berkaitan.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika STKIP Taman Siswa Bima, Zahra, mendesak pemerintah dan perusahaan segera melaksanakan sosialisasi dampak SUTET jika kelak sudah beroperasi. Apalagi, secara umum dikaji dari segi Fisika, saluran udara itu akan menimbulkan medan magnet dan medan listrik sehingga menciptakan rediasi yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia, kendati kelak instalasi saluran itu tidak mencapai 500 KVA.
“Perlu dijelaskan kepada masyarakat, agar kemudian hari setelah masyarakat merasakan dampak tidak muncul masalah baru. Kami kira rata-rata masyarakat masih awam soal dampak itu,” katanya saat dihubungi melalui Ponsel, kemarin.
Menurut Zahra, perlu kajian mendalam dari pemerintah dan perusahaan sebelum instalasi itu beroperasi. Apalagi secara umum saat ini hampir seluruh negara dihadapkan persoalan perubahan iklim yang ditandai pemanasan global (global warming). “Saya lebih setuju instalasi itu tidak dioperasikan, karena lebih banyak berdampak negatif,” katanya.
Desakan yang sama juga disampaikan mahasiswa Prodi Fisika, Yati. “Saya rasa pembangkit lama lebih bagus karena dampaknya sedikit, beda dengan SUTET, apalagi itu sudah jelas akan menimbulkan medan magnet dan refraksi gelombang dan medan listrik, mestinya itu jadi bahan pertimbangan utama pemerintah,” katanya.
Mahasiswa lainnya, Rafi’in, meminta perusahaan terkait dan pemerintah menyiapkan dana kompensasi bagi masyarakat agar potensi dampak pembangunan SUTET dan PLTU. “Jangan salahkan masyarakat jika kelak nanti muncul protes yang lebih luas, untuk itu kami minta agar pihak terkait segera laksanakan sosialisasi,” katanya.
Diakuinya, beberapa sepupunya yang berlatarbelakang pendidikan Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, Teknik Pertambangan, dan Fisika sedang melaksanakan penelitian berkaitan dengan potensi dampak pembangkit batubara dan instalasinya.
“Saya juga tertarik memelajari banyak persoalan lingkungan karena daerah kita sering dilanda bencana alam, saya ngeri jika nanti pembangkit itu sudah beroperasi,” katanya. (BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.