
Foto: IST.
Masa penerimaan siswa baru (PSB) tahun ajaran 2012-2013 telah tiba. Siswa berbondong-bondong mendatangi sekolah yang menjadi impian mereka. Bagaimana perjuangan mereka dan apa yang dilakukan orangtua menyiapkan biaya sekolah anak mereka? Berikut rangkuman Deddy Rosyadi.
Jarum jam belum tepat menunjukkan angka 08.00 WITA. Seorang lelaki berkulit gelap duduk selonjor kaki di teras SMAN 2 Kota Bima. Hari itu merupakan hari pertama penerimaan siswa baru setelah pengumuman UN tingkat SMP/sederajat. Lelaki berjaket kulit hitam ini tidak lepas memandang kerumunan siswa yang berjejer rapi di depan meja panitia penerimaan siswa baru SMAN 2 Kota Bima.
Setelah berkenalan, lelaki bernama Abdul Haris ini mengaku berasal dari Desa Kawinda Nae Kecamatan Tambora. Dia sedang mendampingi putranya, Didin Hardiyanto, mendaftar di sekolah tersebut. Rupanya, pria empat anak ini mengaku sangat berobsesi agar putra sulungnya bisa menuntut ilmu pada salahsatu sekolah ternama di Kota Bima tersebut.
Ada rasa bangga yang sangat jika putranya berhasil lolos menimba ilmu di situ. “Bagi kami di desa, ada kebanggaan tersendiri jika bersekolah pada SMA favorit di Kota Bima,” ujarnya.
Untuk menyiapkan anaknya agar bisa bersekolah di Kota Bima, Haris mengaku telah menyiapkan sejumlah uang dari menjual sapi miliknya. Mestinya tidak perlu menjual murah sapi jantan miliknya, jika saja harga jual jagung beberapa waktu lalu tidak “terjun bebas”. “Mestinya hasil jagung bisa untuk biaya sekolah Didin, tapi jangankan untung malah kita meninggalkan utang,” ujarnya.
Sejumlah orangtua memang harus berusaha keras menyiapkan dana untuk keperluan biaya pendidikan anak mereka. Tahun ajaran baru seperti ini merupakan saat yang membuat mereka pusing tujuh keliling memikirkan biaya pendidikan anak-anak.
Beruntung bagi orangtua yang memiliki gaji tetap dan besar. Tapi, bagi orang seperti Haris maka pilihannya adalah berutang atau menggadaikan barang berharga ke Pegadaian. Untung-untung kalau ada ternak yang bisa segera dijual.
Pantauan Bimakini.com, setiap tahun saat tahun ajaran baru kunjungan ke Pegadaian meningkat tajam. Banyak calon nasabah yang membutuhkan uang kontan dalam jumlah besar dengan menjaminkan barang-barang berharga milik mereka. Uang diperlukan segera untuk biaya pendaftaran anak-anak mereka dan biaya membeli alat tulis dan perengkapan sekolah lainya.
Ratusan siswa dari berbagai sekolah dan berbeda latarbelakang serta kampung halaman berebut agar dapat diterima menjadi salahsatu siswa di sekolah yang diincarnya. Meski ijazah bukti kelulusan UN belum diterima dari sekolah asal, namun dengan bermodal surat keterangan hasil ujian (SKHU) mereka sudah bisa mendaftar, ditambah dengan persayaratn lain.
Bagi sekolah, musim PSB adalah kegiatan rutin yang harus dilewati setiap tahun ajaran baru. Sejumlah sekolah pun membentuk panitia penerimaan untuk memudahkan proses penerimaan maupun administrasi yang berkenaan dengan PSB.
Pasca pengumuman kelulusan UN SMP sederajat Sabtu (2/6) lalu, sejumlah siswa sudah memdadatangi sejumlah SMA di kota Bima untuk mendaftarkan diri. Pada hari pertama pendaftaran Senin (4/6), tidak begitu ramai siswa yang mendaftar karena sekolah asal masih menyelesaikan administrasi siswanya.
Baru pada hari kedua pendaftaran siswa tampak memenuhi sejumlah sekolah untuk mendaftarkan diri. Dalam penerimaan siswa baru, sekolah memiliki metode yang berbeda. Meski ada surat edaran dari Kepala Dinas Dikpora Kota Bima terkait dengan penerimaan siswa baru, namun karena ada perbedaan penafsiran sekolah pada poin tiga dari surat edaran tersebut, sehingga timbul perbedaan teknis penerimaan siswa baru.
Di SMAN 2 Kota Bima, misalnya, sekolah ini menggunakan cara perangkingan NEM untuk menentukan kelulusan calon siswa baru. Dengan kuota penerimaan 396 siswa baru, cara ini dinilai sangat efektif dan meminimalisasi kecurangan dalam penerimaan. Siswa yang akan diterima tinggal di urut dari NEM tertinggi hingga ke jumlah siswa kuota yang tersedia. Meski demikian, ada juga yang direkrut melalui jalur khusus yaitu prestasi akademik dan non- akademik.
Siswa yang berpretasi diharuskan melampirkan bukti prestasi berupa piagam atau penghargaan lainya. Selain itu, calon siswa baru juga harus mengikuti serangkaian tes untuk membuktikan kemampuannya. “Kita telah menyiapkan sejumlah guru yang akan menguji mereka di jalus khusus ini,” ujar ketua panitia PSB, Abdul Haris, S.Pd, Sabtu (9/6).
Jalur khusus bisa siswa yang juara Olimpiade matapelajaran atau yang menjuarai bidang olah raga hingga ke tingkat provinsi serta juara MTQ. “Mereka tidak di rangking NEM-nya, tetapi diuji kompetensinya saja. Jumlah yang menggunakan jalur ini hanya 5 persen atau sekitar 20 orang saja. Selain itu, berdasarkan surat edaran Kepala Dikpora sekolah juga di haruskan menerima siswa dari luar Kota Bima dengan kuota maksimal 10 persen,” katanya.
Di SMAN 4 Kota Bima menggunakan sistem ujian saat merekrut calon siswa baru, karena itu berdasarkan surat edaran Dinas Dikpora. Mereka menafsirkan bunyi poin 3 dari surat edaran tersebut adalah dengan cara ujian.
Ketua panitia PSB SMAN 4 Kota Bima, Kasman, S.Pd, mengaku cara ini memang membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Selain itu, juga membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pembuatan dan penggandaan soal.
Diakuinya, jika urat edaran Dinas Dikpora tidak bermakna ganda, maka mereka lebih memilih untuk menggunakan sistem perangkingan NEM. “Semuanya sudah telanjur, kita harus tetap menggunakan tes tertulis untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UN SMP/ sederajat,” ujarnya.
Selain itu, mereka juga juga tetap menggunakan pola penerimaan 10 persen untuk siswa luar Kota Bima dan jalur prestasi akademik dan nonakademik. Tahun ini, SMAN 4 Kota Bima menerima 324 calon siswa baru yang akan ditempatkan pada sembilan kelas.
Jumlah ini lebih bayak dibanding penerimaan tahun sebelumnya, karena ada penambahan dua ruangan kelas baru. Hingga hari keenam pendaftaran jumlah yang mendaftar sudah hampir memenuhi kuota. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
