Ada sisi menarik dari Kecamatan Wawo Kabupaten Bima yang menandai guliran Ramadan 1433 Hijriyah. Satu keluarga yang selama ini terbelit konflik internal mengenai warisan akhirnya memilih jalan damai (islah). Perseteruan yang menjadi pemicu masalah keharmonisan mereka disepakati diakhiri melalui islah dan tidak lagi menyoal pembagian warisan.
Kabar gembira itu patut disyukuri dan dijadikan bahan renungan oleh umat Islam di Bima. Terutama mereka yang selama terlibat ketegangan apa saja. Para pemimpin pun hendaknya mengambil I’tibar darri kejadian itu.
Sejatinya, awal Ramadan adalah titik tolak terbaik yang bisa ditempuh untuk berdamai. Masing-masing pihak saling memahami posisi, bersama maju ke tengah dan lumat dalam keakraban suasana seperti masa sebelumnya. Kemampuan, keberanian, atau pun keikhlasan menyelesaikan persoalan secara cepat menunjukkan kualitas seseorang. Mereka yang mampu melebur perbedaan dan konflik pasti memiliki level ketahanan batin tertentu untuk melakukannya. Kebesaran hati menanggalkan ego masing-masing adalah aspek yang menantang. Sesungguhnya, islah jauh lebih baik ketimbang mengawetkan konflik. Islam sangat memuji umat yang memilih berdamai dan saling memaafkan.
Berakhirnya konflik satu keluarga di Wawo itu adalah sisi lain dari berkah Ramadan. Bulan mulia ini, jika mampu dipahami, adalah momentum terbaik untuk merefleksi atau bermuhasabah mengenai keseluruhan perilaku kita selama ini. Jika masih ada titik kejanggalan yang berhubungan dengan orang lain, maka kesediaan untuk saling memaafkan jauh lebih mulia.
Dapat dikatakan, pribadi yang mampu mengerus ego atau ganjalan lainnya selama Ramadan adalah mereka yang tercerahjkan. Semoga berkah Ramadan itu juga “mewabah” kepada pribadi yang lain dan wilayah lainnya. Semoga. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.