Oleh : Kusman M. Said
Orang terbaik, bukanlah orang yang tidak pernah berbuatan dosa, tetapi orang terbaik adalah orang yang pernah berbuat dosa kemudian ia insaf dan mengakui serta menyadari atas dosa yang dilakukannya dan dia cepat bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri (QS. Al-Baqarah : 222)
Teladan yang paling baik dalam hal bertaubat adalah Nabi Adam ‘Alaihissalam, karena dia pernah melanggar apa yang telah diperingatkan oleh Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Setelah makan, dia menyadari akan kesalahannya kemudian cepat bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Sedangkan contoh yang paling buruk adalah iblis laknatullah, yang tidak mau menuruti perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘Alaihissalam; dia tidak mau menyadari akan kesalahannya bahkan membangkang terhadap Allah dengan mengatakan untuk apa aku bersujud kepadanya karena saya lebih baik dari pada Adam, karena aku diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah.
Demikian juga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam; dia beristigfar dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari semalam bahkan sampai seratus kali, padahal dia telah dijamin oleh Allah untuk masuk syurga sebagaimana sabdanya : Demi Allah sesungguhnya aku beristigfar dan bertaubat kepada Allah setiap hari lebih dari tujuh puluh kali (HR. Bukhari)
Adapun kalimat istigfar dan taubat di antaranya adalah : Astagfirullaah = aku mohon ampun kepada Allah (HR. Muslim). Astagfirullaaha wa atuubu ilaihi = aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya (HR.Bukhari dan Muslim). Astagfirullaahal ‘adhiimalladjii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi = Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha agung yang tidak ada ilah (tuhan) yang berhak untuk diibadahi kecuali Dia (Allah) yang Maha hidup dan yang senantiasa mengurus makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu seharusnya kitalah yang lebih banyak beristigfar dan bertaubat kepada Allah daripada Rasulullah saw. karena kita belum ada jaminan untuk masuk syurga sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
. Wallaahu a’lam
