Bima, Bimakini.com.- Sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga Desa Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, mendesak aparat Kepolisian di wilayah setempat menertibkan dan merazia petasan. Masalahnya, sejak hari pertama Ramadan, hingga kini suara petasan mengepung kampung dan mengganggu ibadah shalat Magrib dan tarawih.
Ketua Pengurus Masjid An-Nuur Bajo Selatan, Abdurrazak, SH, SPd, MM, M.Pd, mengatakan, suara petasan saat malam hari sangat mengganggu kenyamanan dan konsentrasi ibadah jamaah, sehingga perlu dirazia. “Kami sebenarnya sudah kerap meminta orangtua dan anak-anak terutama saat menjelang ibadah terawih, tapi tampaknya belum efektif, sehingga perlu peran bersama termasuk aparat agar menyosialisasikan bahasa dan larangan penggunaan bahan peledak jenis petasan,” katanya di Bajo, kemarin.
Dikatakannya, sebenarnya jamaah tidak menyoalkan jika petasan dinyalakan jauh dari masjid atau perkampungan. “Sepengetahuan kami di kota-kota besar, para tokoh masyarakat terutama aparat Kepolisian sangat berperan memantau, merazia dan membina masyarakat agar tidak menyalakan petasan. Saya rasa langkah yang sama perlu di lakukan juga di desa, karena luput dari perhatian,” ujar mantan duta Paskibra NTB tahun 1970-an ini.
Warga setempat, Azwar Anas, meminta aparat Kepolisian bertindak tegas merazia penggunaan petasan dan menelusuri penjualnya. “Peran aparat di tingkat bawah belum maksimal, sehingga belum dirasakan masyarakat manfaat adanya aparat. Saya rasa ini perlu atensi dari Bapak Kapolres,” ujar mahasiswa STKIP Bima ini.
Dikatakannya, ulah anak-anak yang meledakkan petasan sudah melampui batas toleransi, bukan saja saat shalat magrib dan terawih, namun saat larut malam atau sekitar pukul 24.00 WITA, ketika warga sedang nyenyak tidur. Bahkan, beberapa anak ada yang sengaja melempar petasan ke beberapa rumah dan kerumunan warga yang sedang duduk.
“Kami heran juga peran sekolah dalam mendidik anak saat ini tidak maksimal, mestinya harus ada shock teraphy sebagai upaya pembentukan karakter positif. Masa nyalakan petasan kemudian melempar ke arah orang duduk dianggap candaan, inikan keterlaluan,” katanya.
Desakan yang sama juga disampaikan Adhar. “Jangan sampai masyarakat bertindaak sendiri, walaupun lagi bulan suci, kalau terus dibom bardir suara petasan, siapa yang tidak nyaman? Aparat jangan tidurlah, tolong razia dan tertibkan petasan. Ini dari hari pertama hingga sekarang masih saja,” katanya. (BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.