Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Harga “Terjun Bebas”, Petani Bawang Meradang

Bima, Bimakini.com.-

Petani bawang di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, kini meradang. Masalahnya, harga jual produk pertanian itu “terjun bebas” hingga Rp200 ribu/kuintal. Harga tawaran pembeli paling tinggi Rp350 ribu/kuintal, itu pun biji yang terbilang besar. Angka terendah sejak beberapa tahun terakhir.

Petani pun mereaksi kondisi itu dengan terpaksa menjual karena kebutuhan mendesak, namun ada juga yang memilih menyimpannya dahulu. Harapannya agar beberapa hari ke depan, level harga naik.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Petani asal Desa Sangia, Faruk, mengaku bawang yang dipanen tiga hari lalu hanya ditawar seharga Rp250 ribu/kuintal. Tentu saja nilai seperti itu tidak sebanding dengan harga bibit, biaya produksi, dan obat. Hingga kini belum ada keputusan apakah akan dijual ataukah disimpan dahulu menunggu pergerakan harga. “Hanya ditawar 250 ribu per kuintal, sangat rendah dibandingkan harga jual musim lalu,” katanya di Sape, akhir pecan lalu.       

Petani Sape lainnya, Muhaimin, mengaku hingga kini belum ada yang menawar bawang hasil panennya. Dia mengharapkan pergerakan harga semakin naik agar jerih-payah selama ini terobati. Tawaran harga senilai Rp200 ribu/kuintal sangat memukul perasaannya, demikian juga petani lainnya.

Katanya, bibit yang ditanam dulu seberat 200 Kg lebih dan kini hasilnya mencapai 1 ton lebih. “Harga yang ditawarkan pembeli  rendah sekali,” katanya saat memantau proses pengikatan bawang miliknya, Sabtu lalu.   

Bagi Abdul Hamid, petani Sape lainnya,  harga penawaran Rp200 ribu/kuintal sangat rendah dan kini terpaksa menyimpan dahulu sambil menunggu pergerakan harga. Jika dilepas, maka keuntungan yang diimpikan tidak terwujud. Bahkan, malah lebih besar dari biaya produksi selama ini. “Saya memilih menyimpan dahulu bawang panen, menunggu harga yang lebih pantas,” katanya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kabar anjloknya penawaran harga bawang di Sape, kini menjadi pembicaraan hangat masyarakat setempat. Mereka menilai posisi harga seperti itu sangat rendah dan tidak menutup biaya produksi.
Bahkan, sejak Sabtu sore lalu, ada sekelompok pemuda yang berkeliling kampung dan  mengajak agar petani berpartisipasi dalam aksi penyampaikan aspirasi soal harga bawang itu ke DPRD Kabupaten Bima. (BE.12) 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Berita

Oleh: Dadang Gusyana, S.Si MP, Member International Mycorrhiza Association (IMA) Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang paling banyak diusahakan, mulai dari daerah...

Opini

Oleh: Nathan. R.A AKSI demo menuntut kenaikan harga jagung yang dilakukan oleh Laskar Tani Donggo – Soromandi di depan kantor Bupati Bima berakhir ricuh...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Harga kebutuhan pokok di Pasar Sila di bulan suci Ramadan tidak stabil. Seperti halnya harga tomat, cabai merah, kol dan lainnya. Kadang...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Rendahnya curah hujan pada musim tanam 2019 dikeluhkan banyak petani. Sebagian petani masih ada yang menanam jagung. Namun,  ada juga yang sudah...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Puluhan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bima  demo di depan Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Senin (27/11). Sejumlah persoalan diusung oleh...