Dompu, Bimakini.com.-
Investor dari Beland, Selasa (25/9), bertemu dengan pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu di ruangan Wakil Bupati Dompu. Pertemuan sekitar satu jam lebih itu membicarakan sejumlah hal, termasuk keinginan berinvestasi di Dompu.
Mayjen Saurip Kadi, yang memfasilitasi pembicaraan itu, mengaku pihak investor ingin berinvestasi pada bidang pertanian. Langkah awal yang harus dilakukan pihak investor adalah mengambil contoh tanah untuk mengetahui jenisnya. Kemudian ditentukan apakah cocok ditanami tanaman apa, sehingga investor bisa memilihnya. Untuk investasi ini, pihak investor membutuhkan lahan seluas sekitar 6.000 hektare.
Sistem yang digunakan dalam memberdayakan petani di Kabupaten Dompu adalah dengan tumpang-sari. “Petani hanya menyediakan lahan, semua biaya ditanggung investor,” ujarnya.
Di Indonesia, baru diujicobakan di Kabupaten Purwodadi Jawa Tengah dan sudah berlangsung selama empat tahun. Kabupaten Bima kini sedang dalam tahap mengambil contoh tanah dan jika pemerintah kabupaten Dompu juga merespons keinginan mereka, maka tinggal pengambilan sample lahan.
Tanaman yang akan ditanam yakni jarak, kamelina, jahe, kunyit, dan beberapa tanaman tumpang-sari lainnya.“Semua biaya mulai dari bibit, biaya pembajakan, dan gaji petani semuanya ditanggung investor. Petani tinggal menyediakan lahannya,” ujarnya dan menambahkan petani juga bisa menanam apa saja, termasuk jagung.
Katanya, hasil dari tanaman yang ditanam petani itu akan dibeli oleh perusahaan dan investor. Petani tidak perlu memikirkan pasar hasil tanaman mereka, bahkan harga komoditi yang mereka tanam dibeli dengan harga mata uang Dollar.
Saurip menambahkan untuk satu hektare lahan, petani mendapatkan alokasi dana dari investor sekitar Rp12 juta, sudah termasuk kebutuhan para petani selama proses pengolahan lahan itu dilakukan. Bahkan, bagi tanah yang belum disertifikat, investor akan membantu memrosesnya dengan cacatan para petani akan mencicil biaya itu dari hasil tanaman mereka yang diambil langsung oleh investor.
Dijelaskannya, lahan yang dibutuhkan tidak perlu lahan yang produktif, namun “lahan tidur” yang selama ini tidak digunakan dan tidak menghasilkan apa-apa. Untuk meyakinkan pemerintah, investor bersedia memfasilitasi biaya keberangkatan untuk melihat dari dekat apa yang dilakukan oleh pihak Water Land Global di Purwadadi.
Hal senada juga diungkapkan investor dari Belanda, Albert. Dia meminta pemerintah tidak memikirkan masalah uang yang akan diberikan kepada para petani, karena semuanya akan ditanggung oleh investor. Program ini merupakan kerjasama dari 30 perusahaan besar di dunia, seperti perusahaan otomotif BMW, perusahaan kapal terbang Lufthansa, dan puluhan perusahaan besar lainnya. “Masalah uang tidak terbatas,” paparnya.
Diakuinya, program ini telah berhasil di Negara Filipina, Korea, dan Vietnam. Bima dan Dompu merupakan daerah kedua setelah Purwadadi.
Mengapa memilih Kabupaten Dompu? Diakuinya, karena pihaknya memiliki hubungan baik dengan pimpinan Bimeks, Khairudin M. Ali, yang langsung membawa investor ke Dompu. Diharapkan kehadiran investor ini bisa bermanfaat bagi petani setempat. “Petani betul-betul diberdayakan dalam program ini,” ujarnya.
Sekda Dompu, H. Agus Bukhari, M.Si, merespons positif keinginan para investor itu. Hanya saja, dia meminta keseriusan karena selama ini banyak yang berjanji berinvestasi, namun hasilnya nol. Bahkan, sudah sempat mengekspose, tetapi sampai saat ini tidak ada kabar beritanya.
Menanggapi hal itu, Albert berjanji akan berkomitmen dan serius, bukan hanya sekadar janji. (BE.15)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.