Kota Bima, Bimakini.com.- Jika praktik kemaksiatan di Kota Bima seperti peredaran Minuman Keras (Miras), pembunuhan, segala bentuk perjudian seperti Togel, sabung ayam, dan lainnya, perzinahan seperti praktik kemasiatan merajalela dan tidak mampu dicegah oleh para pemimpin, maka dikuatirkan Allah akan menurunkan azab-Nya. Demikian dikatakan akademisi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Bima, Nasaruddin, M.PdI, menyikapi fenomena praktik kemaksiatan yang kerap terjadi di Kota Bima.
Nasarudin menjelaskan, seperti yang digambarkan dalam Quran bahwa dalam suatu bangsa yang kemaksiatannya merajalela dan para pemimpin membiarkannya, maka Allah menurunkan azab. Ada kisah dalam Quranbahwa Allah mengganti kaum terdahulu dengan kaum yang baru. Melihat fenomena masih ada informasi dugaan praktik judi Togel, perzinahan, dan peredaran Miras, tidak menutup kemungkinan Allah akan menurunkan azab di wilayah Kota Bima.
Masyarakat diingatkannya agar memikirkan hal itu, karena janji Allah dalam Quran tidak pernah tidak terjadi. Guncangan bumi akibat gempa, tidak semata-mata harus dinilai dan ditelaah sebagai bentuk seleksi alam. Namun,bisa juga sebagai peringatan Allah agar manusia bertaubat dan tidak larut dalamkemaksiatan.
Dikatakannya, kemarau berkepanjangan yang ditandai intensitas hujan rendah, tidak hanya pengaruh dari perubahan cuaca, siklus udara maupun perubahan badai. Namun, itu adalah kehendak Allah sebagai ujian bagi manusia.
Nasaruddin mengutip Quran, bahwa kerusakan di muka bumi baik dari darat maupun laut disebabkan ulah tangan manusia. Jika ditelaah dari sudut demikian, bahwasanya turunnya azab bukan atas kehendak Allah, namun semata-mata disebabkan perilaku manusia yang tidak mau menaati perintah Allah.
Seperti pemberitaan yang mengeritik aktivitas malam di kawasan tepi pantai yang dinilai sarat dengan kemaksiatan. Jika itu dibiarkan, katanya, tidak menutup kemungkinan Allah akan menurunkan azab berupa bala dan bencana di Kota Bima, karena perilaku masyarakatnya sarat kemungkaran.
Jika aktivitas itu berhenti dengan sendirinya seiring pembangunan jalan kembar, menurutnya, bahwa Allah tidak memandang hal itu sebagai rencana manusia. Azab itu bisa diturunkan sebelum jalan kembar itu rampung. “Sama seperti kematian, jodoh, gempa dan lain sebagainya yang tidak bisa diketahui sebelumnya. Jika Allah menghendaki azab untuk Kota Bima, maka saat ini juga Allah akan menurunkan bala dan bencana, saya tidak meminta tapi saya menggabarkan proses turunnya azab, demikian juga untuk daerah lain, kalau Allah menghendaki cukup dengan kun fayakun” terangnya.
Dikatakannya, hal yang sama juga bisa saja terjadi di wilayah Kabupten Bima, Dompu, dan seluruh wilayah di Indonesia jika kemaksiatannya merajalela dan dibiarkan begitu saja tanpa tindakan untuk memeranginya.
Nasaruddin tidak menjustifikasi bahwa di Kota Bima banyak kemaksiatan, namun mengingatkan bahwa bentuk azab Allah itu bergantung pada perilaku manusia di dalamnya. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.