Bima, Bimakini.com.- Sebulan terakhir, petani di Kelurahan Lampe Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima dihadapkan pada persoalan kekeringan yang melanda areal pertanian di wilayah itu. Apalagi, tanaman padi dan kacang tanah sedang membutuhkan air yang cukup untuk mengairi lahan.
Pantauan Bimakini.com, Rabu (12/9), beberapa kawasan yang terkena dampak kekeringan adalah di So Kapao, Niu, Hidi Rasa, dan lainnya. Kecuali So Langgeru masih sedikit teratasi, karena ada Dam khusus yang dapat mengalirkan air kendati kondisinya sebagiannya jebol saat musim hujan beberapa bulan lalu. Untuk beberapa Dam lainnya mengalami kekeringan.
Staf Lurah Lampe, Nasruddin H. A. Gani, mengatakan, dampak kekeringan itu dirasakan oleh enam kelompok tani (Poktan) di Kelurahan Lampe. Poktan itu adalah Rahmat Ilahi, Donggo Nae, Karatu, Rejeki Murni, Kelompok Diwu Monca, dan Oi Lanco. Semuanya itu di bawah binaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pemancar Kelurahan Lampe.
Penyebab kekeringan air di Lampe saat ini, katanya, bukan hanya karena musim kering, tetapi juga banyak disebabkan tergerusnya sungai akibat pengambilan pasir di sungai. Air yang biasa mengalir dalam volume besar, mengendap ke dalam. Dibandingkan dengan sungai di Kelurahan Dodu, tidak pernah mengalami kekeringan karena tepi kiri dan kanan sungai terjaga.
“Kita sering ingatkan warga dan lainnya agar tidak menggali pasir, tetapi tidak dihiraukan. Akibatnya, petani kesulitan mendapatkan pasokan air yang layak untuk mengairi lahan pertanian,” ujar Nasrudin di Kantor Lurah Lampe, Rabu (12/9).
Tidak hanya itu, katanya, akibat pengambilan material golongan bahan galian C itu, areal sungai makin meluas dan banyak lahan persawaan tergerus banjir pada musim hujan. Tidak heran, jika musim kemarau tiba petani di Lampe kerap kekurangan pasokan air. “Kita berharap, perusahaan juga perlu menggalang perbaikan kanal sungai, bahkan kalau perlu menanam sesuatu agar air tetap lestari,” katanya.
Diakuinya, selama sebulan terakhir banyak petani menggunakan mesin penarik air, karena beberapa Dam kerap jebol akibat banjir dan tidak lagi berfungsi mengalirkan air, sedangkan pasokan air dengan pompa mesin tidak mampu mengairi semua lahan dan hanya sebagian saja yang bisa diairi. Kondisi itu menyulitkan petani karena harus mengeluarkan biaya yang cukup banyak.
“Saya pernah melihat di Sape menggunakan sumur pompa yang bisa mengairi lahan yang cukup banyak. Jika itu digunakan juga di Lampe dapat meringankan beban petani,” katanya.
Beberapa tahun lalu, tambah Nasrudin, ada bantuan pemerintah mengenai pompa mesin, tetapi hingga kini tidak berfungsi. Dia tidak tahu apa penyebab pompa air itu hingga kini belum berfungsi. “Kita berharap ada perhatian pemerintah Kota Bima untuk menanggulangi kekeringan di Kelurahan Lampe,” katanya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.