Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Petani masih Enggan Jual Gabah

Kota Bima, Bimakini.com.- Sebagian besar petani di Kota dan Kabupaten Bima, masih enggan menjual gabah. Mereka memilih bertahan, karena menunggu kenaikan harga jual beras di pasaran seperti musim lalu. Harga beras saat ini dinilai masih rendah, mereka menunggu hingga Rp800 ribu per kuintal.

Pengelola giling UD Karya Murni Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur, Misbah, mengaku, beberapa kecamatan di Kota dan Kabupaten Bima yang dikunjunginya kerap menemui petani yang belum mau melepaskan gabahnya untuk dijual. Padahal, hasil panen mereka biasa menjadi langganan untuk penggilingannya.
Alasan mereka karena harga jual yang ada saat ini masih stabil dan belum sesuai denganb harapan petani.
Saat ini harga beras masih berkisar sekitar Rp650 ribu hingga Rp680 ribu/kuintal, sedangkan beras hasil gabah yang baru harga jualnya sekitar Rp700 ribu hingga Rp730 ribu/kuintal.
“Petani masih menunggu naiknya harga hingga 800 ribu per kuintal. Harga itu diharapkan naik seperti pada musim yang sama tahun lalu sekitar 750 ribu hingga 800 ribu per kuintal,” ujarnya di Kelurahan Dodu, Rabu (26/9).
    Dia mengaku tidak mungkin pembeli seperti penggilingan ingin membeli di atas harga pasaran. Petani hanya mau menggiling untuk kebutugan sehari-hari saja bukan untuk dijual, kecuali mereka sedang membutuhkan  uang untuk sekolah dan biaya pendidikan anaknya.
“Kita juga tidak bisa memaksakan membeli lebih dari harga pasar. Kita bias rugi besar. Petani harus ingat sebentar lagi musim hujan dan jelas harga beras akan menurun,” katanya.
Hal senada dikemukakan pengecer beras di penggilingan Maju Mandiri, Jamilah. Harga ini memang menurun dibandingkan dengan tahun lalu yang menembus Rp800 ribu lebih/kuintal. Namun, tahun lalu tetap banyak yang  menjual berasnya, sehingga pengecer tetap mendapatkan pasokan beras yang banyak untuk dijual di pasaran.
       Dia mengaku pengecer hanya mendapatkan untung sedikit sekitar Rp50 ribu hingga Rp100 ribu/hari jika banyak petani yang menggiling padinya, tetapi kalau sedikit yang menggiling pendapatan mereka juga berkurang paling tinggi sekitar Rp50 ribu/hari.
“Kita tidak tahu kenapa mereka masih menahan gabahnya untuk digiling. Padahal, biasanya mereka akan berbondong-bondong menggilingkan gabahnya,” katanya di penggilingan Maju Mandiri Kelurahan Kodo, Rabu. (BE.13)
 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Saat ini Bulog  Bima yang menangani tiga wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu,terancam  tidak bisa menyerap gabah petani. Pasalnya stok...

Ekonomi

Dompu, Bimakini. – Sejumlah petani padi So Doro Cumpa, Kelurahan Kandai Dua, Kecamatan Woja melakukan aksi blokade jalan menggunakan batu dan kayu depan masjid...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Dampak banjir tidak saja menyapu sekaligus merusak infrastruktur, tapi padi yang disimpan warga di gudang sudah mengeluarkan akar ibarat benih padi yang...

Ekonomi

Dompu, Bimakini. – Perum Bulog Cabang Bima langsung bertindak menanggapi informasi soal harga gabah di Kabupaten Dompu yang berada dibawah HPP. Kepala Perum Bulog...

Ekonomi

Kota Bima, Bimakini.- Memasuki musim panen gabah Maret tahun  2021 Perum Bulog cabang Bima sudah turun ke lapangan guna mengamankan harga. Juga  memenuhi cadangan...