Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Tim Jelajah Kompas Saksikan Prosesi Budaya ‘Ampa Fare’

Bima, Bimakini.com.- Tim jelajah sepeda Kompas Bali-Komodo yang melakukan tour dengan mengayunkan sepeda dari Bali ke Bima, direncanakan menyaksikan prosesi budaya ‘Ampa Fare’ di lumbung padi (Lengge) Desa Maria Kecamatan Wawo, Minggu (30/9) mendatang. Sesuai surat dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bima, Nurdin, SH, kegiatan budaya itu akan diliput oleh wartawan Nasional.

Oleh karena itu, saat rapat persiapan Tetua Adat Kecamatan Wawo, Hasan AB, mengegaskan, tetap melaksanakan prosesi itu sesuai tradisi seperti yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya. “Jadi tidak ada perubahan kecuali ada beberapa tambahan acara karena direncanakan wartawan akan menginap di Pesanggrahan Oi Wobo,” ujarnya di Wawo, Selasa (18/9).

Dalam prosesi itu, katanya, Tetua Adat akan mengenakan pakaian khas duduk bersila di balai-balai Lengge. Di sana akan duduk Kepala Desa Maria, Annas H. Abbas, Camat Wawo, Drs. Muhammad Rum, Kepala Disparbud, Nurdin, SH, Tetua Adat Wawo, Hasan AB, dan Ina Kau Mary. Tamu yang hadir akan disambut dengan tarian ‘Wura Bongi Monca’, doa dan prosesi ‘Ampa Fare’.

Koordinator Prosesi Budaya Ampa Fare Lengge Desa Maria, Rusdin Hima, S.Pd, mengatakan prosesi itu akan disiapkan berbagai persyaratan adat, seperti Oha Santa Mina, Karaba Fare, Kalo Jawa, Oha Santa Witi, Lawui, biji kacang panjang, Latu, gandum, dan lain-lainnya.

“Pokoknya bahan-bahan itu dari hasil pertanian. Selain kita juga akan menyiapkan padi ikat, dan lainnya,” katanya di Wawo.

Tidak hanya itu, katanya, panitia juga akan menyiapkan drama Padi Menangis yang dilakoni beberapa ibu. Kegiatan itu memiliki filosofi yang mendalam dan  mengingatkan semua warga yang mengonsumsi padi agar memerlakukan bahan pangan itu dengan baik dan tidak mubajir dalam menggunakannya. Apalagi, adat setempat pernah menerapkan jika ada seorang perempuan yang sering menurunkan padi tidak sesuai waktunya, maka dianggap pemborosan dan wanita seperti itu tidak layak dijadikan istri dan bagi yang sudah menikah dibolehkan bercerai.

“Kita berharap prosesi singkat itu menjadi bahan bagi wartawan untuk promosikan budaya daerah Bima pada koran Nasional,” kata Kepala UPT Dinas Dikpora Kecamatan Wawo ini. (BE.13)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Opini

Oleh: Asikin, S.Pi   Keanekaragaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi keunikan yang sangat membanggakan dimata dunia. Sebagai bangsa yang majemuk, yang terdiri atas...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Camat Bolo, Mardianah, SH, mengajak warga  membudayakan gotong-royong. Itu merupakan  satu di antara visi-misinya memimpin  Bolo. Saat kegiatan gotong-royong di Desa Rato,...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.- Budaya daerah merupakan identitas yang membedakan daerah tersebut dengan  yang lain. Setiap daerah di Indonesia  memiliki identitas  sesuai keunikan, sifat, ciri-ciri,...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.- Pelajar SMAN 1 Belo, Nur Titin Puspita Sari, meraih dua juara pertama, yakni Lomba Penulisan Cerpen dan Puisi pada Pekan Budaya...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.-Menjelang pelaksanaan Festival Budaya Islam Kota Bima Tahun 2013 pada 9-10 November mendatang,  panitia pelaksana mengintensif berbagai persiapan acara dan penggalangan dukungan.