Kota Bima, Bimakini.com.- Saat ini, beberapa tempat wisata di Kota Bima sudah beralih fungsi sehingga bukan sekadar tempat rekreasi semata. Hal itu bisa pada malam hari, masyarakat kerap disuguhkan dengan pemandangan yang tidak mendidik.
Tempat wisata dari kawasan Ama Hami hingga sepanjang pantai Wadu Mbolo dan Ni’u Kelurahan Dara Kota Bima menjadi lokasi bermesum ria kaum muda-mudi.
Kondisi itu memantik keprihatinan sosial sejumlah elemen masyarakat. Mereka mendesak pemerintah segera menertibkannya, jika terus dibiarkan maka dikuatirkan menjadi preseden buruk bagi Kota Bima.
Desakan itu seperti disurakan Suradi, warga Kelurahan Pane Kota Bima. Dia meminta Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) dan Linmas mengintensifkan razia malam pada sepanjang lokasi tersebut. “Saya mengapresiasi operasi malam yang rutin digelar dulu dan itu berhasil mengurangi pemandangan yang tidak mendidik di Ama Hami hingga Ni’u, tetapi sekarang operasi itu hampir tidak terlihat lagi,” ujarnya di Pane, Minggu (2/9).
Menurutnya, oknum pengelola tempat wisata seperti di Lawata dan kebun Wadu Mbolo, telah memanfaatkan lokasi itu untuk meraup keuntungan. Informasi yang dia peroleh, pengunjung yang didominasi oleh pasangan muda-mudi bebas berekspresi di dalamnya setelah membayar tarif masuk yang dibandrol Rp3 ribu hingga Rp5 ribu.
Kondisi itu, kata Suradi, membuka peluang munculnya kegiatan maksiat, karena jika pengunjung sudah masuk tidak ada lagi yang mengawasinya. Apalagi, di lokasi setempat penerangan seadanya saja, sehingga tidak heran muncul kasus aborsi dan praktik maksiat di Kota Bima seperti saat ini.
Warga lainnya, Bunyamin, mengaku resah melihat kondisi itu. Katanya, kerap melihat banyak sepeda motor yang diparkir tidak bertuan ketika melewati sepanjang pantai pada malam hari. “Di tempat terbuka saja para muda-muda itu, bahkan berani bermesra ria tanpa rasa malu, apalagi di dalam tempat tertutup yang tidak diawasi,” ujarnya.
Dia sepakat operasi malam diintensifkan pada sejumlah tempat berkumpulnya para muda-mudi. Seperti di Danatraha, Lawata, dan Wadu Mbolo. Hal itu, untuk meminimalisasi munculnya praktik maksit yang merajalela seperti saat ini. Selain itu, meminta instansi terkait memberikan penerangan yang cukup pada lokasi yang sering dipakai berduaan tersebut. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.