Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Karakter dan Konflik

Ada sorotan dari Profesor I Wayan Sadia soal maraknya konflik sosial di wilayah Nusa Tenggara Barat saat Lokakarya Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Menuju Bangsa yang Cerdas di kampus STKIP Taman Siswa Bima. Dia menilai munculnya beragam konflik di daerah ini karena dipicu faktor kehilangan karakter. Pejabat birokrasi diberinya penekanan khusus dalam kontribusi kehilangan karakter itu karena tergerusnya keteladanan sikap. Hentakan kasus Godo adalah fakta terakhir yang terjadi pekan lalu.

Bulan lalu, publik Indonesia juga dikejutkan dengan kasus tawuran antarpelajar di Jakarta. Bahkan, hingga menimbulkan korban  jiwa. Kasus seperti itu adalah ujian bagi pendidikan karakter yang mulai digaungkan di Indonesia sejak beberapa waktu terakhir. Hal penting yang perlu terus diingatkan adalah pendidikan karakter bagi para pelajar.

Ada pengamat yang menilai bahwa pelajaran sekolah Indonesia terlalu menekankan pada sisi otak sehingga sangat wajar jika selalu mampu meraih penghargaan pada berbagai olimpiade internasional. Berbeda dengan pendidikan di Eropa yang menekankan pada karakter. Penekanan yang hanya pada otak akan melahirkan output yang pintar, tetapi potensi keculasannya juga tinggi. Pintar tetapi tidak memiliki karakter dasar sehingga memanfaatkannya untuk kepentingan sempit karena landasar etiknya ketinggalan. Jika sekarang karakter menjadi pilihan maka saatnya pihak yang berkompeten menangani dan mengawasi konsep pelaksanaannya agar tepat sasaran.

Dalam konteks Bima, kita harapkan pendidikan karakter lebih diseriusi sebagai pintu masuk untuk membenahi gejala degradasi moralitas serius yang melanda pelajar dan masyarakat umumnya. Jika tanpa karakter, segala sesuatu akan hambar. Kehilangan karakter adalah satu di antara pengontribusi konflik sosial. Dalam bahasa lain,  potensi konflik bakal terus menajam jika basis yang diduga pemicunya, yakni kegagalan pendidikan karakter,  masih melekat. Selain itu, terkikisnya nilai keteladanan para panutan. Kita mengimpikan wilayah yang masyarakatnya berkarakter kuat, tidak luntur oleh arus perubahan di sekelilingnya. Semoga. (*)  

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait