Bima, Bimakini.com.- Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Woha, Drs. Mansyur Hasan, meminta jumlah aparat Kepolisian yang mengamankan wilayah perbatasan desa Dadibou-Kalampa dan sekitar sekolah dikurangi. Hal itu karena kondisi warga sudah mulai kondusif dan banyaknya pengamanan akan semakin menimbulkan kesan bahwa suasana masih mencekam.
“Saya sudah menyampaikan kepada Kepolisian agar personel mereka yang berjaga bisa dikurangi, kalaupun berjaga hanya berpatroli saja tidak masalah,” ujarnya di SMAN 2 Woha, Senin (22/10) siang.
Mengenai siswa yang diantar oleh aparat Kepolisian ketika datang dan pulang sekolah, diakuinya, atas tawaran pihak Kepolisian dan hal itu diapresiasinya. Namun, ditegaskannya, kondisi itu juga akan berdampak terhadap asumsi masyarakat bahwa situasi di wilayah perbatasan dan sekolah belum kondusif.
Dia menilai, akibat konflik tersebut sekolah dan pelajar hanya menjadi korban saja dan tidak terlibat di dalamnya. Meskipun pemicu awal tidak dipungkirinya akibat penganiayaan terhadap siswanya. Namun, kejadian itu sebenarnya tidak berlanjut karena ketiga remaja asal Samili dan Kalampa yang diduga pelakunya langsung diamankan pihak sekolah.
Ketiganya remaja yang diduga pelaku itu, terangnya, yakni Andi dari MAN Swasta di Woha, Syarifuddin dari SMA PGRI Woha dan Landa, bukan dari pelajar. Usai kejadian awal ketiganya langsung diamankan pihak sekolah, tetapi tidak dilaporkana kepada aparat hukum. Namun, diserahkan kepada pihak desa untuk dibina.
Setelah itu, dia tidak tahu akan ada reaksi lagi mengenai kasus itu karena dianggap sudah selesai.
Selama beberapa hari konflik terjadi, lanjutnya, semua siswa telah dimintanya tidak terlibat, bahkan tidak ikut berkomentar dan bercerita mengenai kejadian tersebut. Hal itu untuk menghindari agar siswanya tidak tergiring dalam konflik. “Alhamdulillah arahan kami didengarkan semua siswa,” ujarnya.
Mengenai Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM), diakuinya, telah aktif kembali sejak Senin (22/10). Melalui rapat koordinasi bersama pimpinan Kecamatan Woha, juga telah menyepakati agar KBM tidak terbengkalai karena konflik. “Sebenarnya hari Sabtu lalu kita diminta UPT tetap masuk, tetapi ketika guru sudah hadir para siswa tidak ada yang datang,” sambungnya.
Tingkat kehadiran siswa pada Senin, lanjutnya, sebanyak 80 persen sisanya dari warga Dadibou dan masih belum hadir, sedangkan dari guru semuanya hadir. Mengenai siswa yang pindah, diakui tidak ada. Meskipun ada warga dari Desa Nisa sempat meminta tiga siswa pindah di SMAN 1 Woha, tetapi tidak memberikan izin.
“Haparan kita semoga pihak terkait segera mencarikan solusi penyelesaian konflik ini agar masyarakat maupun siswa bisa beraktivitas normal lagi,” harapnya. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
