Bima, Bimakini.com.-Korban tewas akibat amukan massa di depan Mapolsek Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, dua hari lalu, satu di antaranya adalah Dedi (32), diidentifikasi warga Dusun Bante Desa Tente Kecamatan Woha Kabupaten Bima. Penjual obat gosok itu diamuk massa menyusul isu penculikan anak dan penjualan organ tubuh yang beredar melalui pesan layanan singkat. Saat ini, jenazah sedang dijemput oleh pihak keluarga.
Dua saudara korban, Kasmir dan Kisman, berangkat dari Bima menuju Mataram sejak Senin (22/10) malam untuk menjemput. Di rumah orang tua korban, pihak keluarga juga berkumpul. Pihak keluarga juga menginformasikan bahwa jenazah akan tiba Rabu sekitar pukul 03.00 WITA.
Orang tua korban, Abdullah, mengaku mengetahui anak terakhir dari enam bersaudara itu tewas dihakimi massa setelah diinformasikan oleh pihak Kepolisian Daerah (Polda) NTB.
Informasi itu diterima Abdullah dari pihak Polda NTB sekitar pukul 14.00 WITA Senin lalu. Saat itu, dia kaget bahwa korban amuk massa yang diberitakan dalam media massa itu ternyata anaknya.
Diceritakannnya, awalnya dari saku celana Dedi ditemukan telepon genggam yang berisi nomor Aron, rekan korban. Ternyata setelah dikonfirmasi Aron memastikan bahwa yang meninggal itu adalah Dedi.
“Setelah dihubungi pihak Kepolisian, Aron memastikan bahwa korban tewas itu adalah Dedi, anak saya,” cerita Abdullah saat ditemui di Tente, Selasa (23/10) siang, mengutip penjelasan aparat Kepolisian.
Mendengar musibah itu, dia pun berusaha menguatkan diri dan mengabarkannya kepada istrinya Siti Fatimah dan anak-anaknya yang lain.
Dia yakin apa yang disangkakan massa bahwa anaknya terlibat kasus penculikan dan penjualan organ tubuh bayi tidaklah benar. Sebab, sudah hampir tujuh tahun di Lombok Tengah Dedi hanya berjualan minyak obat gosok dan tidak pernah terlibat masalah apapun.
Menyikapi hal itu, dia tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dan menyerahkan penanganannya oleh pihak Kepolisian. Abdullah mengharapkan Polisi secepatnya bisa menangkap dan mengadili para pelaku pembunuh anaknya itu.
“Kami tidak perlu melapor lagi karena publik sudah tahu. Untuk saat ini kami hanya berharap jenazah anak saya bisa segera pulang,” harapnya.
Istri pertama Dedi, Zaenab, mengaku tidak kuasa menahan kesedihan mendengar informasi dari tetangganya bahwa suaminya, Dedi, telah tewas oleh amukan massa. Tidak ada firasat apa-apa mengenai korban, namun empat hari sebelumnya sempat menelepon dan mengaku rindu dengan buah hatinya, Auliyah (3). “Kami hanya berharap jenazahnya bisa segera pulang, itu saja,” ujarnya.
Kakak korban, Kasmir, saat dihubungi melalui telepon seluler memastikan korban tewas tersebut merupakan Dedi dan kondisinya mengenaskan. Pemulangan jenazah dilakukan Selasa siang setelah diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara, Mataram.
Pantauan Bimakini.com, di rumah duka di Desa Tente Kecamatan Woha sejumlah keluarga sudah berkumpul untuk menunggu kepulangan jenazah Dedi, terutama orangtua dan istri korban.
Seperti diberitakan metrotvnews.com dan media lainnya, dua orang yang diduga warga merupakan komplotan penculik anak, Ibeng dan Dedi, tewas dihakimi massa di Desa Kute, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Senin (22/10) sore. Sebelum dihakimi massa, korban sempat menyelamatkan diri ke Polsek Kuta.
Kejadian bermula ketika warga tersulut emosinya mendengar mengenai isu penculikan. Mereka pun mendatangi Polsek Kuta sambil membawa senjata tajam. Massa meminta polisi menyerahkan dua warga itu.
Emosi massa nampaknya sudah tidak dapat dibendung lagi. Mereka merusak Polsek Kuta dan menyeret korban keluar. Kemudian tanpa ampun, keduanya dibakar hidup-hidup hingga tewas di tempat. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
