Sejak Idul Adha hingga hari ketiga, penyembelihan hewan kurban terlihat pada berbagai tempat di wilayah Bima. Berbeda dengan daerah lainnya, distribusi daging sangat lancar. Tidak ada kerumunan seperti yang terlihat di Jakarta dan wilayah lainnya.
Dibalik hiruk-pikuk itu, ada sisi yang perlu disadari. Yakni bagaimana umat Islam mengambil makna dari semangat berkurban itu. Sejarah Islam menyuguhkan kentalnya sisi keikhlasan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah, meski harus menyembelih anak kesayangannya, Ismail. Saat ‘panggilan suci’ muncul, perintah Allah ditunaikan tanpa syarat dan upaya membangun argumentasi taktis. Sudahkah kita meneladani kisah itu dalam dinamika keseharian hidup? Ataukah kita semakin menjauh dari pesan simbolik kisah itu?
Rupanya, adegan itu hanya sarana untuk menguji level kualitas keimanan Ibrahim dan ketegaran bocah Ismail. Faktanya, Allah menggantinya dengan seekor kibas. Tidak bisa dibayangkan oleh bangunan logika kekinian bagaimana seorang Ayah mampu berjiwa besar akan menyembelih anak semata wayang, pelipur lara, belahan jantung yang sudah lama didambakan kehadirannya atas dasar mimpi. Sangat mengagumkan, bagaimana bocah mampu mencontohkan nilai ketauhidan yang menomorsatukan perintah Allah di atas yang lainnya, bahkan karena itu nyawanya bakal terampas—sesuatu yang akan sulit dipraktikkan oleh orang dewasa saat ini. Ibrahim dan Ismail, lulus ujian menegangkan itu dengan nilai paripurna, summa camlaude.
Kini semangat kurban itu dituntut diaktualisasikan dalam kenyataan hidup. Kesabaran dan keikhlasan melaksanakan perintah Allah dalam esensi yang ditawarkan melalui momentum Idul Adha. Bagaimana kita menyikapi kesabaran ketika mendapati melebarnya jurang antara cita dan fakta dalam praktik kehidupan. Ketika bangunan harapan-harapan kita selalu kandas? Bagaimana level keikhlasan kita ketika membantu atau memberikan sesuatu kepada mereka yang kurang mampu. Kemantapan hati Ibrahim dan Ismail ketika dihadapkan dengan ketajaman mata pedang yang bakal digorokkan atau merobek leher adalah pelajaran berharga untuk diikuti.
Itulah kemenangan iman! (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.