Bimakini.com.- Hiruk-pikuk konflik antarkampung di Kecamatan Woha Kabupaten Bima mereda. Meskipun demikian, level kewaspadaan mesti ditingkatkan karena konflik antarwarga bertetangga seperti itu, apalagi yang menimbulkan korban jiwa, merupakan bahaya laten. Ia bisa muncul kapan saja dan bisa dipicu oleh apa saja, meski hanya hal sepele. Beberapa hari terakhir, publik NTB juga dikejutkan dengan munculnya pesan layanan singkat (SMS) yang mengusung isu penculikan anak. Imbasnya mesti dibayar mahal, lima korban berjatuhan, di antaranya ada yang dibakar hidup-hidup.
Kita pantas prihatin. Warga Bumi Gora yang dikenal religius terjebak provokasi oleh oknum tertentu sehingga memicu kegaduhan di ruang terbuka. Sebagai masyarakat religius, kita semestinya mengelarifikasi atau bertabayyun saat menerima informasi. Tidak ‘mengunyahnya’ begitu saja, karena bisa terjebak isu menyesatkan. Kasus di Woha dan pulau Lombok itu mesti menjadi titik balik kesadaran kolektif pentingnya menahan diri dan tidak terbawa arus provokasi. Kita jangan lagi terjebak ‘irama gendang yang dimainkan pihak lain’ yang mengadu-domba antarsesama.
Seperti harapan publik lainnya, SMS menyesatkan itu mesti diidentifikasi segera siapa yang membuatnya. Aparat Kepolisian diharapkan sigap dan mengungkapnya. Pengusutan ini penting, karena kenyamanan masyarakat terkoyak dan memicu disharmoni. Selain itu, penting diingatkan untuk dua hal. Isu itu telah menimbulkan korban tewas karena amuk massa, sehingga pemerintah dan aparat mesti segera mencegahnya karena bisa memicu sentimen antarkampung, bahkan antaretnis.
Sisi lainnya, ancaman instabilitas sangat rawan jika isu liar itu beradu dengan aroma politik menjelang Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur NTB. Oleh karena itu, harus ada kearifan semua pihak, terutama tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda untuk mengatasinya. Menyatukan persepsi untuk menciptakan kemaslahatan.
Semoga masyarakat tersadarkan dan tidak mudah terprovokasi karena setelah isu penculikan anak, bisa jadi oknum yang tidak bertanggungjawab itu memainkan agenda lainnya melalui isu yang berbeda. Sekali lagi, kewaspadaan harus dinaikkan levelnya agar kita semakin cerdas menyaring isu dan tidak lagi terjebak di dalamnya.
Semoga badai SMS menyesatkan ini segera berlalu dari kanvas Bumi Gora. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.