Bima, Bimakini.com.-Pengembangan dan pembangunan pendidikan di Bima hingga saat ini dinilai masih statis. Selain faktor perhatian pemerintah, juga disebabkan tidak adanya kolaborasi dan tanggung jawab seluruh pihak, termasuk orang tua siswa. Demikian pendapat Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kabupaten Bima, Drs. Abdullah, M.Pd.
Menurut pria kelahiran Talabiu ini, kolaborasi pendidikan sangat penting, karena pengembangan pendidikan tidak bisa satu arah, sehingga memerlukan dukungnan pihak terkait, terutama orang tua. Misalnya, dalam mendidik dan membentuk karakter positif siswa. “Pengembangan pendidikan kita masih satu arah, masih bertumpu pada sekolah. Padahal, itu juga merupakan tanggungjawab banyak pihak, orangtua, tokoh masyarakat, dinas dan pemerintah,” katanya di Woha, kemarin.
Dikatakannya, perkelahian siswa yang meluas pada konflik antarkampung merupakan ekses tidak adanya kolaborasi pendidikan. Umumnya, orang tua lebih banyak menyerahkan tanggungjawab pembinaan siswa kepada pihak sekolah. Padahal, orang tua juga bertanggungjawab terhadap perkembangan psikologis atau mental siswa.
“Nggak mungkin-lah anak jadi bandel kalau di sekolah dididik terus di rumah juga dibina oleh orang tua, kita bisa melihat perbedaan dari prestasi saja bisa dilihat anak yang bagus didikan di rumahnya dengan yang tidak, yang orang tuanya beres dengan tidak,” katanya.
Menurut pria berkumis ini, umumnya saat usia sekolah, emosi remaja umumnya labil dan cenderung mengikuti teman-temannya sehingga perlu dukungan bimbingan dari orangtua. Sebab, bimbingan di sekolah hanya seperempat waktu di rumah. Hal itu bisa dilihat dari penentuan jurusan.
Sebanyak 60 persen siswa memilih jurusan yang sama karena mengikuti teman, hanya 40 persen yang sesuai dengan bakat dan minat. “Contohnya kalau di STM kecendrungan lebih banyak yang memilih Teknik Mesin, padahal jurusan Teknik Bangunan, Batu Beton juga bagus dan menjanjikan. Dalam masyarakat justru pragmatis menganggap alumnus Teknik Bangunan akan jadi tukang batu, atau yang konstruksi kayu jadi tukang kayu,” katanya.
Dikatakannya, ke depan pemangku kepentingan pendidikan, terutama pihak terkait seperti pemerintah dan para tokoh harus berkolaborasi menemukan inovasi dalam memajukan prestasi siswa. “Saya kira jika kita semua sudah bisa berkolaborasi maka output yang ingin dicapai akan maksimal,” katanya. (BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.