Bima, Bimakini.com.-Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kabupaten Bima masih kental aroma perjudian. Seperti saat perhelatan Pilkades Kombo Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Senin (12/11) lalu. Dua calon yang bertarung menjadi ajang perjudian bagi masyarakat. Tidak hanya warga setempat, tetapi juga dari luar desa.
Taruhan pun tidak tanggung-tanggung, dari yang paling rendah ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan, beberapa petarung merelakan sepeda motor yang bernilai belasan juta menjadi barang taruhan.
Seperti yang diamati warga Desa Kombo, Zakariah. Ada beberapa orang yang bertarung sepeda motor, seperti yang dilakukan pria berinisial T dan D. Saat itu, T yakin calon incumbent, M. Yusuf Jakariah, dapat memenangkan Pilkades itu karena alasan telah mengenal luar-dalam pemilih selama menjadi Kades.
“Keterlaluan kalau tidak menang, karena pasti sudah menanam kebaikan kepada masyarakat yang bakal memilihnya,” ujar Zakariah mengutip beberapa pandangan mengenai calon incumbent saat pencoblosan Pilkades Kombo, Senin.
Lain halnya dengan pandangan yang memilih calon baru atau penantang, Bunyamin, S.Pd. Kata Zakariah, alasannya berdasarkan pengalaman dari sekian Pilkades di Kecamatan Lambitu dan desa lain di Kabupaten Bima, banyak dimenangkan calon baru. Tidak hanya itu, warga menguatirkan jika terpilih kembali akan memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi dibandingkan dengan melayani kepentingan rakyat.
Kelompok ini, katanya, banyak didukung oleh kalangan muda dan mahasiswa. Bahkan, slogan bagaimana supaya pembangunan tidak berjalan di tempat, tetapi harus lebih maju menyongsong masa depan yang lebih baik.
Terbukti petarung yang memertahankan status kuo kalah dan sepeda motor melayang pada petarung yang memilih calon baru.
Informasi yang dihimpun Bimakini.com di Kombo, Senin, warga Kecamatan Sape, L, juga meraih satu unit sepeda motor dari petarung Desa Kombo yang yakin incumbent dapat memenangkan Pilkades itu. Tetapi, ternyata kalah.
Namun, beberapa petarung dari Kecamatan Sape dan Lambu banyak yang kecewa karena memilih incumbent yang bakal menang. Mereka pulang dengan raut wajah kecewa.
“Kita kurang mendapatkan informasi dari warga setempat. Apalagi dua hari sebelum pemilihan warga seakan menggelar aksi tutup mulut, sehingga minim informasi,” kata warga Desa Sari Kecamatan Sape, yang tidak ingin dikorankan namanya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.