Kota Bima, Bimakini.com.-Bima dalam berbagai catatan sejarah pernah dikenal sebagai daerah pusat kebudayaan dan peradaban, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Hal itu terbukti melalui berbagai peninggalan budayaa yang hingga kini masih melekat sebagai identitas kedirian Dou Mbojo.
Namun, seiring perkembangan zaman, identitas itu perlahan mulai terkikis dan menghilang. Ibarat struktur tubuh yang di dalamnya terkandung jutaan sel yang tersusun rapi, tetapi kini sel itu telah rusak. Bahkan, asam deoksiribonukleat lebih dikenal dengan deoxyribonucleic acid (DNA), yang terkandung didalam sel itu sudah tidak utuh lagi.
Seperti itulah gambaran kondisi daerah Bima saat ini yang mengemuka dalam Dialog Budaya bertemakan Kembalikan Bima sebagai Pusat Kebudayaan dan Peradaban Mbojo, Jumat (16/11), di Museum Asi Mbojo. Kegiatan itu diselenggarakan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB.
Pembicara saat dialogh adalah Dr. Hamid Syukrie ZM, M.Hum (akademisi Unram), Abdul Wahid, M.Ag (akademisi IAIN Mataram), dan Husain, ST (budayawan muda Bima).
Dalam pemaparannya, Abdul Wahid, M.Ag, menyebut DNA yang hilang itu bernama karakter. Jatidiri Dou Mbojo dahulu sangat dikenal oleh siapapun, karena memiliki karakter kuat memegang prinsip, teguh dan memiliki cita-cita yang tinggi untuk menggapai kesuksesan.
Tetapi, kini karakter itu telah luntur ditelan zaman dan yang tersisa hanyalah Dou Mbojo yang bangga terhadap budaya orang lain. Bahkan, untuk bercita-cita tinggi pun Dou Mbojo seakan tidak berani lagi.
“DNA yang hilang inilah mesti kita formulasikan kembali saat ini sebagai identitas kita,” ujar Wahid.
Pembicara lainnya, Dr. Hamid Syukrie ZM, M.Hum, mengatakan daerah Bima memiliki konsep pranata sosial yang terkandung dalam filosofi Maja Labo Daho sebagai perangkat acuan dan kontrol sosial. Filososi itu sejatinya dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam fungisnya pada konteks kekinian menghadapi tantangan dan gelombang masuknya nilai-nilai baru yang sebagiannya merusak tatanan masyarakat selama ini belum mampu maksimal diaplikasikan. Untuk itu, dia mengharapkan nilai-nilai luhur budaya yang mulai terkikis tersebut bisa ditanam kembali dalam jiwa dou Mbojo untuk mengembalikan karakter kediriannya. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.