Bima, Bimakini.com.-Warga pesisir Desa Bajo Kecamatan Soromandi, panik dan lari berhamburan keluar rumah dan bertahan di tepi pantai, saat angin kencang disertai petir melanda desa setempat, Selasa (20/11) sekitar pukul 13.17 WITA. Kondisi yang sama terjadi tiga hari berturut-turut hingga Kamis.
Akibatnya, sejumlah pohon tumbang dan patah. Kendati sempat menyebabkan kepanikan hingga beberapa menit, angin kencang tidak sampai merusak rumah warga. Sebagian warga malah memilih tetap berada di rumah karena sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Kepanikan dialami, terutama warga yang memiliki rumah yang berbatasan dengan pantai di desa setempat.
Warga setempat, Adhar menuturkan, angin kencang juga memaksa sejumlah nelayan dan pemilik boat terpaksa memindahkan perahu mereka. Kondisi tersebut berlangsung sekitar delapan menit. “Walaupun sudah terbiasa dengan kondisi ini, saya juga sempat panik karena angin lebih kencang dari tiga hari lalu, selain itu juga lumayan lama hampir sepuluh menit, sehingga banyak yang berdiri pinggir laut takut kena genteng yang jatuh,” katanya di Bajo, kemarin.
Bapak satu anak ini, pemerintah dan instansi terkait proaktif menyiapkan informasi yang dibutuhkan masyarakat, terutama perkiraan cuaca, sehingga bisa diantisipasi lebih awal. “Mungkin kondisi pasti hanya Tuhan yang tau, tapi kita bisa memerkecil dampak yang bisa terjadi dengan upaya antisipasi,”ujarnya.
Dikatakannya, akibat angin kencang, satu pohon pinggir jalan di desa setempat menyebabkan dua pohon yang berumur lebih dari 10 tahun, tiba-tiba tumbang, namun tidak sampai mengganggu aktivitas lalulintas. “Untung pohonnya tidak terlalu besar, coba tinggi dan besar mungkin bisa kena kabel yang melintang di pinggir jalan dan bisa berbahaya,” katanya.
Warga lainnya, Syarif, mengaku panik akibat angin kencang yang tiba-tiba melanda desa setempat. Sebelum dilanda angin kencang, sudah beberapa kali terdengar suara petir dan pemandangan awan gelap.
“Untunglah tidak terjadi apa-apa, tadi saya hanya bisa berdoa. Saya lihat juga Aji Tua coba doa nahan angin dengan menjulurkan tangan ke arah laut. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi,” harapnya.
Diakuinya, kondisi tersebut sudah sering terjadi setiap musim hujan, bahkan tahun silam kerap terjadi malam hari dan mengganggu masyarakat saat tidur. “Mungkin inilah risiko tinggal di pinggir laut, kalau malam suara gemuruh ombak dan desir angin. Kami harapkan pemerintah juga mengantisipasi kemungkinan adanya banjir rob, karena biasanya sangat berpotensi,” katanya.
Pada bagian lain cuaca buruk menyebabkan sejumlah pemilik tambak mengeluh karena empang mereka dilabrak air pasang. Akibat para pengusaha bandeng tersebut merugi jutaan hingga puluhan juta rupiah.
“Saya sebenarnya sudah coba tanggulangi dengan selalu mengecek setiap malam dan menambah tinggi tambak, tapi semua percuma, saya rugi sembilan juta. Bandeng yang dipelihara hanyut semua oleh rob,” ungkap Hamzah pemilik tambak asal Talabiu, kemarin.
Secara terpisah BMKG Bandara Sultan menyampaikan peringatan dini tentang hujan disertai angin kencang di wilayah Donggo. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun setempat, Selasa (20/11) terjadi penumpukan awan columbus nimbus. (BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.