Kota Bima, Bimakini.com.-Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima, Drs. HM. Taufiqddin Hamy, mengingatkan masyarakat Kota Bima agar mengedepankan aspek keimanan dalam penyelesaian persoalan, sehingga tidak terjadi kasi perkelahian yang lebih besar dan melaibatkan orang di sekitarnya.
Dia sangat menyayangkan terjadinya akasi saling melempar batu antara warga lingkungan Tanjung dan Sumbawa Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat, Senin (26/11) sekitar pukul 11.00 WITA. Apalagi, dilakukan sesama umat Islam. Islam sangat membenci permusuhan, pertikaian dan perusakan, namun angat mencintai perdamaian.
Menurutnya, tidak satu pun agama yang mengajarkan umatnya saling menyerang, bermusuhan dan saling membenci, melainkan memerintahkan saling mencintai dan menyayangi. Dalam menghadapi segala persoalan masyarakat lebih mengutamakan keimanan, bukan hawa nafsu. Keimanan akan mendekatkan dengan Allah, sedangkan hawa nafsu dekat dengan perilaku syaitan. Keimanan bisa mengendalikan hawa nafsu, sehingga persoalan bisa teratasi, bukan malah merambat lebih besar.
“Sungguh indah suatu daerah jika masyarakatnya selalu mengedepankan iman dalam menyelesaikan persoalan, saya berharap masyarakat kita juga demikian,” harapnya Selasa (27/11) di sekretariat MUI Kota Bima.
Jika ada persoalan di tengah masyarakat, katanya, sebaiknya diselesaikan secara musyawarah. Namun, jika masih tidak ada titik temu, agar melaporkannya kepada pihak aparat berwajib. Dia berharap agar kedua belah pihak selalu damai dan mengedepankan iman dalam penyelesaian masalah.
Kelompok warga lingkungan Tanjung dan Sumbawa Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat, Senin (26/11) sekitar pukul 11.00 WITA terlibat bentrok. Mereka adalah warga RW 02 Tanjung dan RW 04 Sumbawa. Dua kampung bertetangga ini saling serang menggunakan batu di tengah jalan. Tidak ada yang terluka dalam bentrokan itu, tetapi suasana sempat menegang.
Informasi yang diperoleh Bimakini.com, bentrokan dipicu dugaan pemukulan terhadap Nasarudin (26) warga kampung Tanjung. Kabar terlukanya korban kemudian menyebar ke kampung sehingga menimbulkan kemarahan warga Tanjung. Mereka ingin menyerang kampung Sumbawa.
Sebaliknya warga kampung Sumbawa merasa tidak terima ingin diserang, akhirnya spontan beramai-ramai keluar jalan menghadang warga lain yang ingin menyerang. Informasi provokasi yang tidak jelas sumbernya itu memaksa warga dua kampung saling berhadapan di jalan Bandeng dan akhirnya terlibat saling serang menggunakan bebatuan. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.