Kota Bima, Bimeks.-
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) sedang mendalami penyelidikan tentang kemungkinan keterkaitan antara jaringan teroris di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan sasaran operasi teror adalah Poso. Hal itu menyusul penangkapan tiga terduga teroris, yakni Jipo alias Ibeng, yang tewas tertembak aparat, dan Nasir alias Cecep serta Rahmat alias Mamat yang berhasil ditangkap hidup-hidup.
Kedua orang itu terluka dan sudah digelandang ke Mabes Polri. “Jaringan teroris yang ditangkap di Poso tersebut, adalah termasuk kelompok teroris NTB, yang pernah ditangani aparat Densus 88,” ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli, Kamis di Jakarta seperti dikutip suarapembaruan.com.
Ketiga terduga teroris, seorang tewas ditembak di Poso, dan dua lainnya terluka, sampai Kamis siang, masih dalam pemeriksaan Densus 88 Antiteror di Mabes Polri. Jenazah Jipo alias Ibeng diautopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, sedangkan dua lainnya ditahan di Mako Brimob Polri Depok.
Penangkapan ketiga terduga teroris itu, kata Boy Rafli, sesuai prosedur di lapangan, diawali penggerebekan pada semua rumah di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, sampai terjadi baku tembak. Akhirnya, Polisi berhasil melumpuhkannya.
Dari Poso dilaporkan, kondisi Poso kini kondusif para operasi penangkapan para terduga teroris itu oleh aparat Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Walaupun warga Kalora sempat dikagetkan dengan aksi penggrebekan terduga teroris di desa mereka, Rabu (31/10), namun secara umum warga tidak terpengaruh dan beraktivitas seperti biasa.
Ratusan aparat Kepolisian dibantu TNI, masih tetap disiagakan di berbagai tempat dan lokasi strategis di Poso untuk menjaga keamanan masyarakat. Mabes Polri juga menambah 200 personel Brimob Kelapa Dua Jakarta untuk menguatkan pengamanan di Poso.
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana, mengatakan, kelompok terduga teroris itu, berhasil dilumpuhkan dalam penyergapan di rumah berdinding papan di sebuah kebun cokelat Kalora. “Kontak senjata terjadi sekitar satu jam, sampai akhirnya kelompok tersebut berhasil dilumpuhkan. Dalam kontak senjata juga terdengar ledakan keras, yang diduga berasal dari bunyi bom rakitan yang digunakan untuk melakukan perlawanan,” katanya.
Dari lokasi penggrebekan, Densus 88 juga mengamankan tujuh bom rakitan aktif, dua satu senjata api, dan bahan baku pembuat bom berupa pupuk urea. Selanjutnya, pada pengembangan pada para terduga teroris tersebut, berhasil ditemukan lima bom rakitan dan rangkaian kabel perakit bom di tempat servis komputer di desa yang sama.
Anggota Komisi III DPR dari daerah pemilihan (Dapil) Sulteng, Syarifuddin Suding, mengatakan masalah Poso tidak bisa ditangani secara parsial, tetapi secara komprehensif oleh semua kementerian dan lembaga. Menurutnya, banyak hal yang perlu dibenahi untuk memulihkan keadaan Poso pascakonflik tahun 1998. Misalnya hak-hak keperdataan masyarakat yang belum tuntas.
Seperti hak-hak tanah milik warga, belum diselesaikan dengan baik sehingga diduga menjadi salah satu penyebab kembali bergejolaknya Poso saat ini.
“Masalah-masalah ini harus ditangani secara komprehensif oleh semua kementerian dan lembaga sehingga hasilnya bisa maksimal,” kata anggota Fraksi Partai Hanura ini.(BE.12/*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.