Kota Bima, Bimakini.com.-Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 13 Kota Bima termasuk lembaga pendidikan unik. Sering berpindah-pindah, tidak punya halaman dan tidak pernah melaksanakan kegiatan upacara bendera.
Nah, karena keunikan itu, Kepala SMPN 13 Kota Bima, Yunus Mustakim, S.Pd, menyebutnya sebagai ‘sekolah di atas awan’.
Yunus menceritakan, awal berdirinya sekolah ini tahun 2008 llau atas desakan sejumlah orangtua dan tokoh masyarakat Kelurahan Tanjung yang prihatin atas kelanjutan pendidikan anak-anak mereka selepas Sekolah Dasar. Karena SMPN terdekat berada di lingkungan Tolomundu Kelurahan Sarae yang jaraknya agak jauh dari tempat tinggal mereka. Permintaan ini terutama datang dari warga ekonomin menengah ke bawah.
Diceritakannya, pemerintah kemudian merespons positif usulan tersebut, namun terkendala lokasi. Masyarakat tidak keberatan bila untuk sementara SMPN 13 meminjam ruang SDN 41. Setelah itu, selama satu semester tempat belajar pindah ke SMKN 1 Kota Bima, dulu masih bernama SMEA. Kini SMPN 13 berada satu tempat dengan SDN 29 Kota Bima.
Yunus mengaku kesulitan mengembangkan sekolah dalam kondisi seperti itu. “Permasalahan utama kita adalah sekolah tidak memiliki halaman,” ungkapnya di sekolah setempat, kemarin.
Akibatnya, banyak kegiatan sekolah yanh tidak bisa dilakukan. Antara lain upacara bendera dan olahraga. “Siswa kita tidak pernah mengikuti upacara bendera,” ujarnya.
Untuk kegiatan olahraga dan latihan baris-berbaris, terpaksa dilaksanakan di halaman Tempat PeleIangan Ikan. “Kami tidak mungkin menggunakan halaman SD, karena mereka juga menggunakannya,” kata Yunus.
Meski demikian, sejumlah siswa SMPN 13 pernah dipercaya menjadi anggota Paskibra dan prestasi sepakbola hingga level Provinsi NTB. “Anak-anak selama dua tahun berturut-turut pernah mewakili Kota Bima dalam kejuaraan sepakbola tingkat pelajar di Mataram,” ujarnya.
Meski dalam segala keterbatasan, SMPN 13 terus meraih mimpi menjadi sekolah berkualitas. Pihak sekolah terus meningkatkan kualitas guru dan memotivasi semangat belajar siswa. “Kami berikan semangat pada anak-anak agar terus mengukir prestasi di tengah keterbatasan yang ada,” katanya.
Menurutnya, kekurangan fasiltas bukan alasan tidak berprestasi. Tidak aneh jika dengan fasilitas yang lengkap anak-anak berprestasi. Tetapi, sesuatu yang luar biasa jika dengan fasilitas seadanya, bisa berprestasi.
SMPN 13 kini memiliki 267 siswa yang dibagi dalam delapan kelas dan dibimbing oleh 22 guru Pegawai Negeri Sipil. Hanya memiliki laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam, ruangan guru, ruangan Kepala Sekolah yang digabung dengan ruang administrasi. “Sekolah kami hanya ada dua WC untuk guru dan siswa,” pungkas Yunus.
Dia mengharapkan pemerintah memikirkan tentang lokasi sekolah tersebut. Jika masih satu tempat dengan SDN 29, maka kedua sekolah tersebut sama-sama tidak akan berkembang. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
