Connect with us

Ketik yang Anda cari

Hukum & Kriminal

Syarif: Kasus Poso Bukan Kesimpulan Bima “Sarang” Teroris

Bima, Bimakini.com.-Penangkapan dua terduga teroris asal Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 di Poso, tidak bisa disimpulkan bahwa Bima sebagai “sarang” teroris. Meski keterlibatan warga Bima itu tidak hanya kasus Poso, namun sederet kejadian lainnya. Termasuk kasus Depok, Kasus Polres Jabar, Bank CIMB dan lainnya.

Demikian dikatakan akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima, Syarif Ahmad, M,Si, kepada Bimakini.com melalui telepon seluler, Kamis sore.
Syarif saat ini sedang meneliti gerakan politik Islam di Indonesia dan kaitannya dengan terorisme untuk disertasi program Doktor-nya. Bahkan, Syarif merencanakan berangkat ke Poso untuk mengumpulkan informasi dan data mengenai kelompok gerakan di sana.
Data yang diperolehnya, Bima sebagai salahsatu dari empat simpul pertemuan gerakan Islam, yakni Solo, Aceh, Poso, dan Bima. Masuknya Bima, karena dilihat beberapa aspek, seperti sejarah.
“Secara historis di Bima selalu lahir gerakan perlawanan geologi politik Islam. Menjadi pertanyaan juga, mengapa bukan di Makassar yang dikenal dengan tokoh perlawanannya Kahar Muzakkar,” ujar mahasiswa Program Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) ini.
Munculnya nama Bima, kata dia, bukan hanya faktor sejarah dan tanpa tokoh setenar Kahar Muzakkar, namun juga dipengaruhi oleh kultur. Orang Bima terkadang cepat frustasi dan cepat terpancing emosinya.
“Faktor ketiga, diduga karena saat ini Lombok gencar dengan promosi wisatanya untuk menghadirkan wisatawan mancanegara,” terangnya.
       Syarif juga menyorot apa yang dilakukan oleh Densus 88, yang kerap bertindak tanpa mengedepankan asas praduga tidak bersalah. Ketika menangkap seseorang, opini langsung dibangun, seolah yang bersangkutan adalah teroris. “Pada sejumlah kasus, ada yang dilepaskan oleh Densus 88, karena tidak cukup bukti. Mestinya ketika ingin menerapkan konsep deradikalisasi, tetap mengedepankan asas praduga tidak bersalah,” katanya.
Sikap Densus 88 seperti itu, kata dia, justru bisa memicu perlawanan balik, lantaran kesal terhadap tindakan aparat, sehingga tidak ada hubungannya dengan geneologi politik gerakan Islam. Banyak tindakan Densus 88 yang janggal ketika mengidentifikasi gerakan yang diduga teroris, selalu menghubungan dengan salahsatu kelompok.
“Kasus penembakan dua polisi di Poso menyebut salah satu kelompok sebagai pelaku, namun dibantah, lantas menyebut yang lain. Ini menjadi pertanyaan besar ada apa dengan Densus 88,” herannya.
Ada juga yang dianggap lucu oleh Syarif, ketika kasus di Bogor. Saat itu, Densus mengaku mendapatkan papan nama kelompok gerakan, peta, daftar nama orang, CPU Komputer yang berisi data penting. Baginya ini bukan ciri dari gerakan kelompok Islam yang kerap diduga.
Syarif juga merencanakan bertemu dengan dua warga Bima yang kini diamankan Densus 88. Mencoba menggali informasi lebih dalam tentang keterlibatannya. Meski disebut dari Bima, bisa saja telah lama berada di luar daerah, sehingga tidak bisa menyimpulkan Bima sebagai embrio lahirnya gerakan perlawanan.
“Terlalu dini untuk menyimpulkan Bima sebagai tempat tumbuh suburnya gerakan teroris. meskipun Bima sebagai empat titik pertemuan gerakan perlawanan Islam. Sementara daerah penyangganya adalah Jakarta, Jawa Timur dan Makassar,” ujarnya. (BE.16) 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...

CATATAN KHAS KMA

SAYA belum pernah alami ini: handphone tidak bisa dipakai karena panas. Bukan hanya sekali, Tetapi berkali-kali. Juga, bukan hanya saya, tetapi juga dua kawan...

CATATAN KHAS KMA

CATATAN Khas saya, Khairudin M. Ali ingin menyoroti beberapa video viral yang beredar di media sosial, terkait dengan protokol penanganan Covid-19. Saya agak terusik...

Berita

SEPERTI biasa, pagi ini saya membaca Harian  BimaEkspres (BiMEKS) yang terbit pada Senin, 10 Februari 2020. Sehari setelah perayaan Hari Pers Nasional (HPN). Mengagetkan...

CATATAN KHAS KMA

ADALAH Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial (InSPIRASI) NTB pada 7 Desember 2019 lalu, mencanangkan gerakan Save Teluk Bima. Kegiatan dua hari itu, menjadi heboh...