Kota Bima, Bimakini.com.- Pascapenangkapan oknum mahasiswi yang diduga terlibat aborsi, kecaman muncul dari berbagai kalangan. Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bima, Ilham Yusuf, SE, mengaku prihatin setelah membaca media massa soal perilaku aborsi yang dilakukan oleh kalangan remaja itu.
Menurut duta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, kasus yang diungkap aparat Kepolisian itu menjadi catatan buruk bagi remaja saat ini yang dinilai sudah jauh dari nilai-nilai moral dan akhlak. Diakui anggota komisi yang membidangi agama itu, perilaku aborsi perlu dipertegas, karena bukan masalah medis atau kesehatan masyarakat saja, namun masalah sosial yang terkait paham kebebasan yang dianut oleh kaum liberal.
“Saya menilai paham inilah yang menjadi pintu masuknya kasus-kasus oborsi karena adanya kebebasan yang sudah dilanggar,” ujarnya Kamis (20/12) di DPRD Kabupaten Bima.
Menurutnya, harus dibangun pemahaman Islam di kalangan remaja dalam dunia pendidikan, terutama di tengah masyarakat dengan harapan era kebebasan tidak disalahtafsirkan. Kesalahan penafsiran itulah yang menyebabkan remaja salah langkah menilai arti dari kebebasan yang lahirnya menjerumuskannya dalam lembah dosa dan penjara.
“Jujur saya benar-benar menangis membaca berita dalam dua hari ini tentang aborsi, apa tidak ada cara lain dengan menikah secara sah agar tidak melakukan kemaksiatan besar seperti ini,” katanya.
Dikatakannya program-program keagamaan yang digaungkan oleh pemerintah selama ini belum menyentuh akar permasalahan yang sebernya terjadi di tengah masyarakat. Dia meminta pemerintah dan masyarakat melihat pergaulan bebas kalangan remaja yang diluar kontrol orangtuanya.
“Coba kontrol orangtua ketat, saya yakin tidak ada aborsi, tidak ada hamil diluar nikah, ini sangat menyedihkan. Sekarang mari kita bertanya dengan kondisi remaja kita saat ini siapa yang disalahkan,” ujarnya.
Dai menyarankan agar Dewan Pendidikan, orangtua, para tokoh, pemerintah dan seluruh unsur lainnya merapatkan barisan guna membangun masyarakat dan remaja yang lebih baik. Dia berharap agar ke depan kasus yang sama tidak lagi terulang.
Tokoh agama Islam Kota Bima, Islamuddin, S.Ag, menilai kejadian itu akibat kelemahan pengawasan orangtua dan masyarakat tempat berdomisili mahasiswi. Perilaku itu melanggar ketetapan Allah dan ganjarannya adalah dosa besar.
“Sudah kita berzina, pembunuhan juga kita lakukan. Saya kuatir Allah murka dan menurunkan azab bagi kita,” ujarnya. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
