Kota Bima, Bimakini.com.-Materi soal ulangan umum semester ganjil (Gasal) Sekolah Dasar (SD), yang dibuat oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Dikpora Kecamatan Asakota, disoroti oleh guru dan siswa. Masalahnya, ada beberapa soal yang sudah langsung ada jawabannya. Ada juga soal pilihan yang tidak jelas jawaban.
Kesalahan pembuatan soal seperti itu bukan hanya dikeluhkan siswa, tetapi juga guru yang mengajar bidang studi, seperti bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewargaan Negara.
“Kesalahan seperti itu tidak akan terjadi kalau soal dan lembaran jawaban itu dibaca ulang,” ujar guru SDN 34 Kota Bima, Abdul Kahir, S.Pd, di Kelurahan Penatoi Kecamatan Mpunda, Selasa (18/12).
Menurut Kahir, orang-orang yang dipilih membuat soal itu, bukan hanya dilihat dari senioritasnya, tetapi juga kemampuan membuat soal yang sesuai semangat kurikulum. “Saya tidak tahu apakah soal itu salah pengetikan atau memang keliru pembuatannya,” katanya.
Seharusnya, kata dia, sebelum dibagikan kepada setiap sekolah soal itu harus dicek oleh jajaran UPT Dinas Dikpora dan pengawas agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam bentuk soal maupun dalam bentuk lembaran jawaban.
“Sebagai guru saya harus meminta kepada murid untuk menjawab sesuai yang dipelajari, meski jawabannya tidak ada dalam pilihan. Masa ada lembar jawaban tidak pas dengan soal yang diberikan,” katanya.
Pembuatan soal itu, jelasnya, bukan dilakukan secara gratis tetapi soal itu dibayar sekitar Rp6.000/siswa, tetapi soal yang diterima kurang berkualitas. Kalau yang membuat soal bahasa Indonesia, mestinya mencari guru bahasa Indonesia yang berkualitas, bukan karena senioritasnya.
“Masa di Kota Bima tidak ada yang bisa membuat soal? Kalau senior tidak bisa membuat soal, yang rugi jelas siswa dan memalukan guru bahasa Indonesia. Kita berharap UPT Dinas Dikpora mengevaluasi cara kerja seperti itu,” katanya.
Ulangan umum semester ganjil seperti itu, kata dia, bukan untuk main-main, tetapi untuk mengetes kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan guru. Namun, kalau soal banyak yang salah, jelas mengecewakan.
“Kita berharap ke depan pembuatan soal itu dilakukan seperti tahun sebelumnya atau diberikan kepada guru-guru sekolah untuk menyusun beberapa soal, lalu dikumpulkan,” katanya. (BE.13)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.