Dua kasus pengguguran kandungan (aborsi) mengguncang daerah Bima, awal pekan ini. Selasa lalu janin ditemukan di Kelurahan Dara dan ditimbun di dalam rumah setempat. Rabu siang kembali menghentak publik saat hendak dibuang di kawasan Ina Hami pegunungan Wawo. Sebelumnya, para pelaku diincar di kawasan kos-kosan Kelurahan Sadia Kota Bima. Dua kejadian yang menggiris rasa kemanusiaan kita dan dipastikan dampak dari pergaulan bebas.
Kita mesti mengurut dada lebih lama lagi. Pergaulan remaja saat ini, meski dibawah binaan lembaga pendidikan (agama sekalipun) sudah melenceng. Mereka sudah terjebak arus global yang menelanjangi nilai-nilai akhlak. Gempuran kebudayaan (Barat) dan kemajuan teknologi-informasi telah menyandera sebagian masyarakat dalam perilaku tidak terpuji. Ketidakmampuan memfilter adalah kegagalan menyikapi perubahan.
Gambaran moralitas masyarakat yang sakit seperti itu mesti dalam kekuatiran lebih karena tidak lagi menggambarkan pola gerak dan pola tindak sesuai ajaran agama. Bahkan, mencerabut nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi. Semua pihak mesti melihatnya sebagai titik krusial yang perlu segera diatasi.
Dari dua contoh kasus amoral itu, kita mengharapkan pihak Kepolisian mendalami ‘latarbelakang’ dan modusnya sehingga mengungkap sisi-sisi gelap yang mengiringinya. Upaya hukum harus maksimal untuk menjamin bahwa para pelakunya jera dan masyarakat menjadikannya pelajaran untuk dihindari. Dari sisi pergaulan, orangtua dan masyarakat harus lebih ketat lagi mengawasi pergerakan remaja karena membiarkan mereka sama saja ‘melepas panah dari busurnya’.
Aborsi adalah perbuatan biadab, siapapun pelakunya. Secara fisik, memang menghilangkan nyawa satu atau dua orang, tetapi hakikatnya merupakan pembunuhan terhadap umat manusia. Aborsi adalah perbuatan haram yang harus dihindari demi kehidupan yang beradab. Mari selamatkan jiwa manusia. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.