Bima, Bimakini.com.- Perhatian pemerintah daerah terhadap geliat ekonomi dan kreativitas masyarakat dirasakan kurang. Padahal inovasi seperti pemanfaatan teknologi tepat guna bisa berkembang seandainya saja didorong pemerintah.
Sekretaris Forum Komunikasi Pemuda Pesisir (FKPP) Kabupaten Bima, Abdul Hamid berharap pemerintah melalui dinas terkait mendukung setiap inovasi masyarakat, misalnya dengan menyiapkan bimbingan atau daya dukung anggaran. “Kami merasakan perhatian dan dukungan pemerintah daerah masih kurang, sehingga sulit berkembang. Padahal belum lama ini kami mencoba mengembangkan beberapa produk seperti pupuk alternatif yang lebih ramah lingkungan,” katanya di Monggonao, kemarin.
Diakuinya, setiap bulan rutin membuat puluhan kilogram pupuk organik yang dibuat dari campuran kompos, gula, sekam, daun dan beberapa bahan organik lainnya. Setelah diuji dengan beberapa jenis tanaman, hasilnya tampak subur dan cocok. Namun saat coba dikembangkan dalam jumlah ton terkendal modal yang terbatas dan daya dukunng mesin penghancur sampah. “Kita harapkan ada suntikan dana, karena setelah berkembang kami inginkan banyak tenaga yang dilibatkan, kalau dilihat dari kualitas pupuk juga bisa digunakan untuk lahan pertanian,” katanya.
Menurut mahasiswa salahsatu PTS di Bima ini, pupuk organik yang dibuat dari sampah, kompos dan beberapa bahan alam merupakan satu solusi dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk urea yang cenderung mengandung banyak unsur Nitrogen. Sebab dalam skala panjang akan memengaruhi komposisi mineral dalam tanah, sehingga efeknya juga terjadi pada tanaman. “Teman-teman dalam forum punya semangat mengembangkan pupuk organik, walaupun hanya sebagian personil yang latar belakang Fakultas Pertanian. Tapi prospeknya bagus bayangkan saja jika per ton profitnya mencapai 2,9 juta. Solusi lain masalah sampah juga teratasi,” katanya.
Hal yang sama juga diharapkan Fitri, warga lainnya. Pemerintah diharpakan lebih memerhatikan dan mengembangkan ekonomi mikro masyarakat kelas bawah sehingga proporsional dengan pembangunan fisik. Ke depan, model pemberdayaan harus diarahkan untuk output yang jelas. “Saya lebih setuju kalau pemerintah membantu berkembangnya kelompok muda yang mampu berinovasi ketimbang proyek fisik yang dilaksanakan secara padat karya, karena outputnya hanya untuk jangka pendek,” katanya.
Dikatakannya, bantuan yang paling dibutuhkan masyarakat yakni bimbingan meningkatkan kapasitas dalam mendorong kualitas hidup atau ekonomi. “Kami melihat pelatihan atau bimbingan teknis untuk masyarakat,misalnya mendorong kreativitas sangat kurang. Kalau pun ada hanya bergulir pada kelompok tertentu saja. Hal sepert itu yang perlu diperhatikan dinas yang melaksanakan program,” katanya.
Harapan yang sama disampaikan Ketua FKPP Woha, Abdul Gafur, “Daripada pemerintah menggulirkan bantuan dalam bentuk materi dan fisik, lebih baik melatih masyarakat agar berdaya, misalnya meningkatkan keahlian apa saja sehingga bisa menghasilkan uang atau malah bisa membuka lapangan kerja baru, sehingga pengangguran berkurang,” katanya.(BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.