Ada yang menarik saat seminar pemberantasan korupsi di daerah yang diadakan Puskab-NTB di hotel La Ila, Sabtu (22/12) lalu. Yakni ajakan agar falsafah Maja Labo Dahu harus menjadi spirit pemberantasan korupsi di Dana Mbojo. Dalam ekspresi implementasinya, pemimpin harus malu jika culas dan berbuat korup saat menjabat. Rasa malu dan takut, menjadi kata kunci untuk para pemegang kendali kekuasaan pada berbagai level.
Sebagai Dou Mbojo, sasanti agung itu sebenarnya merupakan modal utama untuk mendorong perang terhadap segala bentuk perilaku koruptif. Lilitan korupsi sudah membelit tubuh daerah dan membiarkannya tanpa hadangan kuat, akan menyebabkan kapal daerah ini karam. Fakta bahwa benih-benih koruptif masih telanjang di depan mata kita, adalah kenyataan pahit. Tetapi, aspek yang penting disadari adalah mengondisikan respons dan suasana batin kaum muda agar menjadikannya segala perilaku koruptif sebagai musuh bersama. Musuh yang mesti diperangi sekuat tenaga, semaksimal kemampuan yang dimiliki. Kaum muda seharusnya menjadi pelopor dan terdepan dalam ‘proklamasi permusuhan’ ini.
Dari konteks ini, kerja-kerja intelektual-konsepsional dengan berbagai tawaran solusi yang dilakukan Pusat Studi Konflik, Agama dan Budaya NTB, sangat strategis untuk memelopori semangat segera ‘balik kanan’ menghindari praktik korup. Ingat, kaum muda harus diselamatkan dan dimasukan dalam gerbong bersih, menjauhkannya dari gerbong buram. Ada semacam koalisi bersih yang menjadi embrio. Tidak ada kata terlambat.
Apa yang dilakukan lembaga itu, kita harapkan bersinergi dengan lembaga lain sehingga menjadi kekuatan besar untuk merangsek. Jika semangat ini ‘membumi’ maka akan ada secercah harapan. Lebih dari itu, jika spirit Maja Labo Dahu telah menjadi bagian dari keseharian, ditambah sentuhan nilai agama, maka ada sinyal akan menjadi warna ketegasan sikap. Semoga. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
