Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Di Titik Nol, Menggali SDM

                                                            (Musthofa Umar, S.Ag)

Tahun 2012 telah berlalu, seiring berlalunya ujian keyakinan yang disebarluaskan orang-orang yang kurang yakin akan adanya Allah SWT. Memercayai Suku Maya yang mengira akhir dunia ini tanggal 21 Desember 2012 dan parahnya, seorang mengatakan dirinya Muslim, melalu Youtube dia menjelaskan akan terjadinya kiamat pada tanggal 20 Desember 2012 (20-12-2012). Seorang Ir. H. Laode Masykur, MSTR mengatakan, “Borobudur time line of creature situr of the God message to life seven era of leaders on the earth Jesus come at Kiamat 2012 or 2912 Borobudur Angels built in Java Syailendra only rehab to Buda”. Laode mendasari perkiraan kiamatnya pada baris stupa di situs candi Borobudur. Namun, sampai tanggal ini, 2012 telah berlalu ‘keyakinan’ mereka alhamdulillah tidak terbukti.

       Melupakan hal itu, kita kembali ke tahun 2013. Setelah melewati 2012, apakah ada diantara kita merenungi segala kegiatan dari hari per hari, bulan per bulan bahkan jam per jam pada 2012 sehingga nantinya, kita bisa merancang kembali agenda tahun 2013 ini dengan sempurna? Jika tahun 2012 kebaikan lebih banyak persentasenya, tentu tahun ini kita harus lebih meningkatkannya. Namun, sebaliknya jika tahun kemarin kebanyakan keburukan yang kita lakukan, atau mendominasi, maka bisakah hal-hal demikian itu kita kurangi bahkan kita hilangkan. Hal inilah menjadi pokok dalam setiap perayaan tahun baru sebenarnya. Bukan hanya tahun yang terus berganti, namun kualitas hidup  kita jalan di tempat, bahkan semakin terpuruk. Inilah yang diajarkan Islam kepada kita, barang siapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Siapa sja yang harinya sama dengan kemarin, maka dia adalah orang yang merugi. Siapa sja yang
harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin, maka dia terlaknat.
     Evaluasi diri atau introspeksi diri adalah penting, ibarat suatu perusahaan gunanya adalah untuk mengukur sejauhmana hasil yang dicapai dalam satu tahun. Apakah merugi ataukah beruntung, dari sini bisa ditarik kesimpulan sikap selanjutnya. Dalam persolan diri, terutama pemimpin dalam rumah- tangga, evaluasi kehidupan keluarga, ekonomi dan masalah-masalah keagaaman perlu, dengan begitu kepemimpinan kita dalam rumah -tangga selama setahun ini juga akan menjadi jelas, sehingga hal-hal yang membuat sedikit ‘panas’ suasana rumah-tangga kita tahun kemarin, tahun ini bisa kita hindari. Begitupun dengan pelayanan dan tanggung jawab yang lain. Tentu dengan tetap mengukur kemampuan masing-masing, agar kita tidak bertindak di luar batas kemampuan kita.
      Coba kita mengaca pada nasib bangsa ini, sebelum bulan Mei tahun 1998. Merasakan kehidupan kebangsaan yang itu-itu saja, menyebabkan beberapa tokoh dan mahasiswa gerah, sehingga perlu ada perubahan, muncullah ide reformasi yang diawali dengan demontrasi besar-besaran mahasiswa dan sekumpulan elit bangsa ini yang menginginkan perubahan. Selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, menjadikan banyak pihak merasa tidak berkembang, jalan di tempat dan bosan. Dari sinilah timbul adanya istilah reformasi harus dilakukan.
Nah, dalam kehidupan kitapun, melakukan kegiatan yang itu-itu saja, tentu akan membuat kita bosan dan ingin berubah, namun sebagian orang memang senang dengan istilah status quo, atau cukup yang ada saja. Ini pemikiran tidak berkembang, yang aslinya orang-orang seperti ini malas untuk berubah. Berubah bukan berarti totalitas berubah dari pekerjaan A ke pekerjaan B, namun berubah yang dimaksud adalah kualitas pekerjaannya. Hal ini tentu tidak sembarangan berubah, haruslah dirancang terlebih dahulu dengan matang, berangkat dari evaluasi yang kita lakukan atas apa yang telah kita kerjakan selama satu tahun ini.
Dalam kehidupan keagamaan (akhirat) banyak orang yang tidak berubah, contoh saja beberapa kerjaan kita memang terkesan berulang-ulang, namun tentu tidak harus bosan lalau tidak mengerjakan itu lagi, dan menggantinya dengan pekerjaan lain. Misalnya masalah shalat lima waktu. Terlihat memang cara dan bacaannya ya itu-itu saja, terus berulangkali seperti itu. Akan tetapi, bukan berarti kita harus berhenti shalat atau mengganti dengan yang lain, justru kita harus ada peningkatan kualitas shalat kita. Kalau dulu satu shalat kita cuma 3 sampai 4 menit, mungkin sekarang 5 sampai 10 menit, atau bisa jadi kalau dulu shalat kita sering sendiri, mungkin tahun ini berjamaah.
    Hal ini adalah bagian kecil saja dari apa yang harus kita rubah, kita evaluasi dan kita tingkatkan dari segala aktivitas rutinitas kita sehari-hari. Perubahan harus terjadi dalam diri kita masing-masing, setelah sukses merubah diri dan keluarga, cobalah selanjutnya kita merencanakan untuk merubah orang lain disekitar kita. Awal yang kecil atau lingkup diri dan keluarga, lama-lama akan menjadi contoh untuk yang lain dan yang lebih besar, sehingga tanpa terasa perubahan yang kita lakukan sangat bermakna dan bernilai tinggi untuk orang lain dan bangsa ini.
     Dari itu, di titik nol atau kembali ke awal (2013) adalah sarana untuk bisa mengukur sejauhmana diri ini berbuat. Akankah nanti kita merencanakan hal-hal yang lebih baik ataukah merencanakan sebaliknya. Sengaja saya memberikan judul opini saya kali ini, maksudnya adalah ibarat kita mulai sebuah pekerjaan haruslah mulai dari nol. Nol atau start untuk berlari kencang atau melangkah maju yang lebih optimis. Filosofis ini sering kita alami saat kita selesai ditempa dengan puasa, dan akhir puasa kita selalu merayakan kelahiran (fitrah) kita kembali dalam Idul Fitri. Kembali suci, kembali menata diri dan evaluasi diri dengan merencanakan sesuatu yang berbeda atau sama namun berbobot lebih tinggi.
       Perencanaan itu penting, walapun terkadang dalam action-nya meleset dari rencana. Hal itu tidak masalah, karena ada perencanaan awal, sehingga jika kita meleset kita bisa kembali ke rencana semula, atau rencana B (rencana alternatif). Dalam hal rencana, tentu kita semua ingin ada peningkatan. Peningkatan yang diharapkan adalah peningkatan kualitas hidup dari semua segi kehidupan, bukan saja peningkatan kuantitas saja. Apapun itu, yang jelas meningkatkan kualitas itu lebih baik dari sekadar mengejar kuantitas saja. Bahkan, urusan rezeki, kuantitas tidak perlu jika tidak berkah, namun sedikit asal berkah dan halal itu berkualitas atau lebih baik. Dalam hal berbicara juga demikian, kuantitas (banyak)  bicaranya, tetapi kosong makna akan lebih baik diam. Tetapi, sedikit bicara, namun berbobot (berkualitas) itu yang pasti dicari orang.
       Merespons tahun baru tidak harus dengan hura-hura, saya sangat terkesan apa yang dilakukan pra elit kita pada malam pergantian tahun 2013 di Paruga Nae. Mereka mengadakan malam zikir dan doa memohon kepada Allah SWT yang lebih baik dari tahun 2012. Karena hal ini yang diajarkan Islam kepada kita. Islam mengajarkan kita untuk berdoa pada akhir dan awal tahun. Kegiatan ini juga disebut tafakkur atau merenung apa yang sudah kita lakukan tahun sebelumnya dan merencanakan apa yang harus kita kerjakan tahun selanjutnya. Hal ini harus dikembangkan dan dibudayakan dalam bangsa dan kota yang beragama. Agama harus tampil memberi warna dan makna dari setiap perubahan yang terjadi hatta perubahan tahun sekalipun.
        Mengenai perencanaan, Allah SWT dalam firman-Nya surat Al-Hasyr ayat 18 juga menegaskan hal itu, “Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan kehendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan”. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Rasulullah SAW, lebih dahulu menanamkan akidah, lalu memacu etos kerja dan menegakkan disiplin kepada para sahabat dan senantiasa mengajarkan sikap berani hidup mandiri dikalangan mereka seperti dibuktikan oleh sahabat Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang keduanya menjadi wiraswasta sukses di Madinah, sebagaimana tercermin dalam hadis yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah beliau bersabda, “Di waktu pagi pergilah mencari rizki, karena sesungguhnya pada pagi hari itulah terletak berikah dan keberhasilan”.
Dalam al-Qur’an juga banyak dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam untuk tekun bekerja demi kebahagiaan dunia, tanpa mengenyampingkan persiapan bagi kebahagiaan di akhirat, juga ditegaskan bahwa, bekerja amat penting untuk mencapai kesejahteraan hari esok, agar kelanjutan kehidupan keluarga dan masyarakat dapat terpelihara.
     Alam semesta dengan segala isinya ini, telah disediakan oleh Allah SWT bagi kemakmuran manusia. Akan tetapi, manusia baru akan mendapatkan hasil dari sumber kekayaan alam ini, apabila ia berusaha dan bekerja, misalnya menggali sumber kekayaan di sekitar pertanian, kita harus membuka lahan pertanian dan mengusahakan penanaman. Demikian halnya dengan potensi yang lain, misalnya perikanan, kita diberikan Allah SWT laut yang begitu luas untuk kita kelola, orang harus berusaha mengadakan penangkapan atau pembudidayaan ikan, sehingga mereka bisa menikmati ikan atau hasil laut yang lain. Demikian juga untuk sektor industri dan sektor lain, umat manusia harus menggali dan mengeksploitasi sumber itu, baru kita mendapat rezeki dari kekayaam alam yang telah diciptakan oleh Allah SWT ini dan untuk kemakmuran makhluknya.
      Memang banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan rezeki dengan cara berwiraswasta, berdagang, bertani atau menjadi pegawai, ada juga orang tanpa bersusah-payah mendapat rezeki karena mendapat warisan atau pemberian dari orangtuanya. Namun, apakah harus menunggu pembagian itu saja, atau berdoa agar yang akan memberikan warisan itu cepat meninggal sehingga warisannya cepat kita dapat? Tentu sangat tidak masuk akal, dan terlihat sangat manja mengartikan hidup seperti itu.
Dari itulah Islam menegaskan kepada kita, umatnya bahwa jalan untuk mendapat rizki itu melalui bekerja keras, bukan menunggu pemberian pihak lain, dan itu lebih utama atau lebih mulia. Ingat hadis Nabi mengatakan, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka akan sukses”. Dan mengandalkan atau menunggu pemberian orang lain, dalam Islam sangat tidak dianjurkan. Keharusan bekerja dan berusaha, dianjurkan Allah SWT dalam al-Qur’an, misalnya, “Berjalanlah kamu ke segala penjuru dunia ‘atau’ bertebaranlah kamu di muka bumi Allah”.
Hal ini dimaksudkan agar manusia tidak malas untuk bekerja dan mencari mata pencaharian di manapun berada. Hadis Nabi juga menegaskan, “Kamu lebih mengerti tentang urusan-urusan duniamu”, hal ini dapat dijadikan bukti adanya keleluasaan yang diberikan Islam kepada pemeluknya untuk bebas berbuat dan mengatur sendiri hal-hal yang bersifat keduniawian termasuk masalah teknis bekerja dan memajukan ekonominya sendiri.
   Kedatangan Nabi Muhammad SAW memberikan cakrawala berpikir manusia tentang keterampilan bekerja, kerajinan, perindustrian, pertanian, ekonomi, peternakan dah hal-hal yang berkaitan ilmu pengetahuan lainnya. Islam agama yang memiliki konsep lengkap tentang berbagai aspek kehidupan termasuk politik, sosial, dan kebudayaan. Tetapi, umat Islam harus mampu menjadikan Islam sebagai solusi bagi segala persoalan hidup, baik ukhrawi maupun duniawinya. Dari itulah titik nol hidup kita sesuaikan dengan sendi-sendi Islam. Bukankah hal itu termasuk bagian dari ibadah kita? Amin.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di Kemnag Kota Bima dan anggota PHBI Kota Bima.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Pendidikan

Bima, Bimakini.com.- Selain bertugas mengatur lalulintas, Sat Lantas Polres Bima juga peduli  terhadap  kegiatan lainnya. Seperti saat ini,  dalam kegiatan Polisi Peduli Pelajar. Mereka...

Peristiwa

Perairan laut selatan, khususnya di Kecamatan Langudu menyimpan daya tarik luar biasa.  Pantai Pusu Desa Pusu, memang sebelumnya cukup terisolir. Menjamah tempat ini, jalurnya...

Peristiwa

Bimakini.com.- Terminal menjadi titik pertemuan masyarakat pengguna layanan transportasi. Tidak hanya masyarakat lokal juga para pendatang yang menggunakan layanan terminal. Karena itu, terminal harus...

Peristiwa

Kota Bima, Bimkini.com.- Sekitar 50 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengikuti pelatihan koramil model.  Sebelumnya mereka mengikuti materi ruangan atau teori, kemarin mereka mendapat...

Olahraga & Kesehatan

Kota Bima, Bimakini.com.- Kota Bima akan menjadi tuan rumah Penyelenggaraan Tinju Amatir Yunior and Youth Danrem Wira Bhakti.  Kejuaraan ini akan dilangsungkan 10 hHingga...