Connect with us

Ketik yang Anda cari

Hukum & Kriminal

Kartini Berharap Sidang Cerai segera Digelar

RUMAH-TANGGA Kartini sudah di ujung tanduk. Tetapi, bukan saja rumah-tangganya yang  bakal bubar, tetapi juga nyawanya nyaris melayang. Sayang, orang yang justru yang ingin menghabisinya adalah lelaki yang sudah 15 tahun hidup bersamanya dan memberinya tiga anak.   
    Rencana dugaan pembunuhan atas dirinya berlangsung dramatis. Untungnya, dia selamat setelah lari menyelamatkan diri di rumah tetangganya.
       Bagimana kejadian ini bermula? Kepada Bimaks, Senin (28/1), Kartini menceritakannya. Katanya, Masran adalah lelaki asal Desa Daha Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu yang menikahinya  tahun 1992 lalu. Awal kehidupan rumah-tangganya baik-baik saja, meski mereka secara ekonomi tidak berkecukupan.
Tetapi, bahtera rumah-tangganya mulai guncang karena peringai buruk suaminya. Sejak memiliki anak pertama, suaminya mulai  malas bekerja dan sering berutang pada orang tanpa sepengetahuannya. Uang yang diutang tersebut tidak diserahkan padanya, tetap untuk berfoya-foya.
Masran juga berlagak seperti orang berpendidikan tinggi dan punya pekerjaan tetap. “Dia pernah bilang pada saya, kalau ditanya apa pekerjaannya bilang saja pegawai,” ujar Kartini tersipu.
Karena sering berutang, Masran kerap lari meninggalkan rumah karena dikejar penagih utang. Kalau sudah demikian, Kartini-lah yang menanggung utang tersebut. Bahkan, seluruh perabot rumah-tangga ludes untuk membayar utang-utangnya. 
Karena kasihan suaminya tidak punya pekerjaan tetap, dengan uang hasil usahanya membuka praktik pijat/urut. Dia  membeli kredit sepeda motor  buat suaminya untuk mencari nafkah. Namun, lelaki  itu tidak bersunguh-sungguh bekerja. Dia malah terlilit utang lebih dari Rp10 juta. “Barang-barang di rumah habis dijual untuk menebus utangnya,” ujarnya.
Kartini berusaha bersabar demi anak-anak mereka yang  butuh kasih-sayang. Namun, kelakuan Masran tidak berubah. “Dia ingin hidup mewah dan gaya, padahal tidak punya pekerjaan. Dia juga suka main perempuan,” tambah Kartini.
Terakhir, Masran tiba-tiba pergi meninggalkan rumah dengan menggadaikan sepeda motor yang dibeli isterinya.  Hal yang lebih mengagetkan, ternyata berutang Rp18 juta pada seorang warga  di Penanae. “Saya kaget karena tiba-tiba datang orang yang menagih utang suami  sebesar 18 juta,” ujarnya.
Padahal, uang sepersen pun tidak pernah diberikan suaminya. “Saya tidak tahu untuk apa dia berutang dan kemana uang sebesar itu digunakan,” ujarnya.
Karena sudah tidak tahan lagi, pada tanggal 2 Jauari 2013 dia mengajukan gugatan cerai pada suaminya. Rupanya, mendapat informasi tersebut Masran tidak terima. Dia sempat mengirim SMS ancaman lewat HP warga bernama Usman. Kalau mengajukan gugatan cerai maka akan membunuhnya. 
Melalui warga yang lain, dia juga mengirim SMS meminta agar berbaikan lagi dan mau meminta maaf. Tapi, rupanya kelakuan Masran tidak lagi diterima Kartini. “Hati saya sudah tidak bisa menerima dia lagi. Tidak ada lagi maaf bagi dia,” ujarnya.
Dia berharap agar Pengadian segera menggelar sidang gugatan cerai itu karena tidak ingin lagi hidup dibalik bayang-bayang lelaki tidak bertanggung jawab tersebut. “Kalau saya tidak memikirkan anak, maka sudah sejak dulu layangkan surat cerai buat dia,” ungkapnya.
Tetapi, suaminya memang lelaki yang keterlaluan. Kalau hanya dua-tiga kali mengkhianatinya, masih bisa dimaafkan. Tetapi, ini lebih dari itu. Hal yang lebih menyakitkan lagi, dalam pelarianya menghembuskan  cerita bohong  pada ibu-ibu pelanggannya  bahwa dirinya juga membuka praktik pijat plus jual diri.
“Saya sempat diceritakan oleh isteri seorang dokter langganan saya bahwa suaminya pernah bilang begitu,” ujarnya.
Maka atas peristiwa tersebut, dia mantap ingin menceraikan suaminya. “Semoga Pengadilan cepat mengagendakan sidang buat kasus saya,” pintanya. 
Hal yang sama diakui Aisyah, tetangganya, Kartini merupakan istri yang sabar dan pekerja keras. Menghadapi suaminya, dia selalu tabah dan berbuat baik. Motor diberikan, modal djuga pernah dberikan, tetapi selalu saja  dikhianati.
Bahkan, berulang kali menengahi perselisihan antara Kartini dan  suaminya. “Sudah pengangguran, malas dan sering menyusahkan istri,” ujarnya.
Dia juga trauma terhadap kejadian Sabtu malam lalu. Kilatan parang yang digenggam pelaku untuk menghabisi istrinya masih terbayang di matanya. “Sampai sekarang badan saya keringatan dan sulit makan dan tidur bila ingat kejadian tersebut,” ujarnya.
Apalagi, suaminya itu merusak rumahnya dengan parang karena mengejar istrinya. (BE.14)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Dompu, Bimakini.- Pendaftaran dan pemrosesan kasus perceraian,  penetapan (isbat), dan kasus lainnya  di Pengadilan Agama Kabupaten Dompu ditutup sejak tanggal 13 Desember 2016.  Tercatat...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.com.- Berkas kasus tanah Penaraga seluas 22,7 are berbandrol Rp687 juta yang melibatkan tersangka mantan Asisten I Setda   Kota Bima, H Syahrullah, SH,...

Politik

Bima, Bimakini.com.- Rapat koordinasi (Rakor) penentuan waktu dan wilayah kampanye pasangan calon (Paslon) dihelat di aula Polres Bima, Jumat (4/9/2015). Rakor dihadiri Komisioner KPU Kabupaten Bima,...

Peristiwa

Bima, Bimakini.com.- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bima bakal merilis album lagu Bima berjudul “Doro Tambora”. Lagu tersebut akan diterjemahkan dalam tiga bahasa,...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.-Penyidik Satuan Reserse Kriminal (Reskrim)  Polres Bima Kota, dalam waktu dekat akan menuju Mataram untuk mengekspose kasus dugaan korupsi dana rehabilitasi sekolah di...