Bima, Bimakini.com.- Aksi menuntut pembubaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror kian meluas di Bima. Kamis pagi, puluhan massa atas nama Persatuan Pemuda Rade Kecamatan Madapangga menyerukan hal tersebut. Mereka juga mengajak umat Islam di Bima untuk tidak terpecah belah oleh propaganda atas nama pemberantasan terorisme.
Masa juga menggelar konvoi keliling kecamatan Madapangga dan Bolo. Tidak itu saja membagikan sekitar 1.500 selebaran yang berisi kecamatan terhadap cara densus 88 memberantas terorisme.
Koordinator Aksi, Abdul Haris mengatakan ada standar ganda yang diterapkan dalam pemberantasan terorisme. Mengidentikkan teroris dengan Islam dan adanya upaya mengadu domba.
Penolakan jenazah oleh segelintir orang, diduganya sebagai kerja intelijen. Seolah muncul pro kontra di tengah masyarakat untuk menerima dan tidak pemulangan jenazah orang yang belum jelas keterlibatannya.
Abdul Haris dalam pernyataan sikapnya juga menegaskan Bima bukan sarang teroris. Masyarakat diminta untuk tidak percaya sepenuhnya, karena akan menimbulkan perasaan was-was dan saling mencurigai antarumat.
Penembakan yang dilakukan oleh densus mengabaikan asaz praduga tidak bersalah dan jelas melanggar hukum. Untuk itu, Presiden RI dan DPR RI untuk membubarkan densus sebagai perpanjangan tangan proyek Amerika dan sekutunya.
Bahkan, kata dia, masyarakat merespon apa yang disuarakan para pemuda Islam ini. Seleberan yang dibagi justru digandakan hingga ribuan lembar oleh masyarakat sendiri, untuk dibagikan ke yang lainnya. Antusiasme itu terutama oleh masyarakat Woro, tempat asal almarhum Anas, korban penembakan Densus 88 Anti Teror.(BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.