Kota Bima, Bimakini.com.-Kesal karena kelangkaan pupuk yang terus mendera, puluhan petani asal Desa Rabakodo Kecamatan Woha, Kamis (17/1), mendatangi distributor pupuk wilayah Woha dan sekitarnya. Kedatangan mereka mengagetkan para pemilik toko di sekitar jalan Sultan Kaharuddin dan pengendara yang melintas.
Para petani ini langsung menuju gudang UD Jaya Makmur di Jalan Sultan Kaharuddin Kota Bima. Mereka berteriak meminta agar distributor segera mengirim pupuk ke wilayah mereka, karena tanaman padi terancam mati. Kelangkaan pupuk sudah terjadi sekitar hampir sebulan lamanya. Meskipun ada pupuk harganya jualnya dua hingga tiga kali lipat harga biasanya.
Mahmud, petani Rabakodo, mengaku kesal dengan ulah distributor pupuk yang dinilainya “nakal’ dan mencari untung sendiri. Pupuk yang semestinya didistibusikan pada pengecer di Woha, tetapi diduga dijual langsung pada para petani menggunakan truk. Pupuk dijual dengan harga “selangit”. Karena terpaksa, tidak sedikit petani harus membeli karena kuatir padinya terancam.
“Pupuk urea kini di Woha di jual Rp150 ribu hingga Rp210 ribu per sak, padahal harga biasanya hanya 90 ribu,” ujarnya.
Bahkan, Mahmud mengaku, warga sempat menahan satu truk pupuk yang dijual bebas oleh supir truk suruhan distributor. “Kami menuntut tanggung jawab distributor pupuk wilayah Woha agar pupuk yang menjadi hak petani disediakan,” ujarnya.
Kedatangan massa ini sempat memicu kepanikan pemiik UD Makmur Jaya. Untungnya beberapa menit kemudian satu truk Dalmas tiba untuk menjaga kemungkinan buruk.
Sempat terjadi dialog antara perwakilan petani dengan pemilki UD Jaya Makmur, Sugianto Winanto alias Baba Goang. Dia mengaku ada keterlambatan pengangkutan pupuk dari pabrik ke Bima karena cuaca buruk. Karena pupuk diangkut mengunakan jalur laut, sehingga saat musim Barat distribusi ke daerah-daerah terhambat.
Namun, dia berjanji dalam waktu dua hari ke depan akan mendistribusikan pupuk ke pengecer di Kecamatan Woha dan sekitarnya. Dia meminta agar para petani tidak kuatir. “Saya jamin dalam dua hari ke depan pupuk yang diminta masyarakat Woha akan kami antar,” ujarnya.
Dia membantah jika pihak distributor menjual eceran pupuk dengan harga tinggi. “Saya tidak pernah melakukan hal yang tercela seperti itu, tidak tahu kalau distributor lain,” ungkapnya.
Karena kuatir terjadi ekses negatif, sejumah aparat keamanan berpakain preman terlihat berjaga di dalam toko tersebut, yang lainya berjaga-jaga di luar.
Para petani juga datang dengan Camat dan pegawai UPT Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Woha.
Kepala UPTD Dispertapa Woha, Ahmad Hasim, mengaku, kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini bukan semata karena tidak ada stok. Tetapi, juga karena kesalahan pemanfatan oleh petani. Petani hanya bertumpu pada satu jenis pupuk saja, yaitu pupuk urea. Padahal, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, harus menerapkan pola pemupukan berimbang.
Bahkan , berdasarkan pengamatan, penggunaan pupuk urea para petani berlebihan, sehingga ketersediaan pupuk menjadi langka. “Kalau saja para petani bijak dalam menggunakan pupuk, maka tidak akan ada kelangkaan pupuk,” ujarnya.
Selain itu, penggunakaan pupuk saat ini bukan hanya oleh petani lahan sawah, tetapi juga oleh para petani di ladang, perkebunan, dan perikanan. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.