Kota Bima, Bimakini.com.-Program bedah rumah tidak layak huni di Kota Bima saat ini sudah mulai direalisasikan oleh pemerintah. Warga mengharapkan program tersebut tepat sasaran, sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh warga tidak mampu. Untuk itu, petugas pendata penerima bantuan diminta objektif dalam menilai warga yang berhak. Harapan itu seperti disampaikan Anwar, warga Kelurahan Penaraga, Jumat.
Katanya, banyak warga tidak mampu yang masih menempati rumah tidak layak huni, tetapi tidak semua diakomodir oleh pemerintah. Kondisi itu menyebabkan sebagian warga merasa ‘dianaktirikan’ oleh pemerintah. Anwar tidak menampik sejumlah warga yang didata untuk menerima bantuan seperti di Penaraga memang berhak mendapatkannya.
Namun, jika dilihat rumah yang tidak layak huni juga masih banyak yang tidak terdata dan membutuhkan perhatian pemerintah. “Kami hanya berharap penerimanya diutamakan berdasarkan prioritas warga yang betul-betul tidak mampu,” harap Anwar di Penaraga.
Muslimin, warga Kelurahan Sadia, mengapresiasi program bedah rumah yang dicanangkan oleh pemerintah. Dia menilai, program itu sangat bermanfaat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Hanya saja, dia berharap pemerintah bisa memertimbangkan jumlah penerima bantuan dan menambah lagi kuotanya sesuai dengan kondisi kelurahan.
Diakuinya, masih banyak rumah yang perlu perhatian pemerintah dan tidak semua kelurahan sama. Rumah tidak layak huni bukan saja karena kondisi rumahnya yang kumuh, tetapi yang utama karena penghuninya yang tidak mampu. Untuk itu, petugas pendata penerima bantuan diharapkan memiliki kepekaan dalam menilainya.
“Jangan karena keluarga lantas langsung didata dan menutup mata melihat warga yang tidak mampu lainnya,” ujar Muslimin.
Selain itu, nilainya, saat ini masih banyak rumah warga yang tidak memiliki jamban sehingga aspek itu perlu menjadi pertimbangan juga dalam menilai rumah tidak layak huni. Menurutnya, keberadaan jamban jauh lebih penting dibanding memperbaiki dinding atau atap rumah karena jamban merupakan kebutuhan apalagi hidup di kota.
“Saya kira warga masih bisa tidur nyenyak meski dinding rumahnya ditambal bambu, tetapi tidak mungkin bisa nyaman kalau tidak buang air karena jamban tidak ada,” tandasnya. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
