Bima, Bimakini.com.- Usia padi M Said, warga Desa Rabakodo sudah dua bulan. Namun, tanaman itu belum juga diberi dipupuk. Padahal, masa pemberian “nutrisi” padinya seharusnya ketika berumur 15 hari. Sulitnya mendapatkan pupuk, menyebabkan tanamannya terancam gagal tumbuh.
Said bersama sejumlah petani pun, Kamis (17/1), mendatangi kantor DPRD Kabupaten Bima. Mereka didampingi sejumlah mahasiswa dan menyampaikan “jeritan hati” tentang kelangkaan pupuk dan mengancam mereka tidak bisa panen.
Namun, tidak ada satupun anggota DPRD yang menjumpai mereka. Meski terus berorasi meminta kepedulian wakil rakyat agar memerhatikan nasib petani. Apalagi, masalah kelangkaan pupuk tidak hanya saat ini, namun berulang dari tahun sebelumnya. “Ada pupuk yang dijual, namun harganya sampai 200 ribu rupiah per sak,” ujarnya.
Meski pupuk yang beredar harganya mahal, katanya, itupun sulit untuk mendapatkannya. Mereka tidak mengetahui bagaimana kebijakan pupuk, hingga membuat petani kesulitan mendapatkannya.
Tidak ada yang menemui di kantor dewan, massa pun mendatangi kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bima. Mereka berorasi di jalan, namun tidak ada yang merespon. Mereka mengancam akan datang untuk menuntut perhatian pemerintah terhadap nasib petani itu. “Ingat masyarakat Bima 90 persen adalah petani,” ujar wakil pengunjuk rasa dalam orasinya.
Di tempat lain, para petani di Kecamatan Sape meminta agar distribusi pupuk segera dilakukan sesuai kebutuhan pertanian yang saat ini sedang dikelola. Saat ini, pupuk sulit didapatkan sehingga menyebabkan para petani kelabakan.
Petani Sape, Faruk, mengaku kesulitan mendapatkan pupuk untuk kebutuhan padi yang saat ini sedang memerlukannya. Sudah dicari kemana-mana, bahkan di Kota Bima, namun tidak ditemukan. Dia mengharapkan pasokan dan distribusi nanti bisa lancar agar petani tidak kesulitan mendapatkannya. “Kesulitan soal pupuk terjadi setiap tahun,” katanya di Sape, kemarin.
Katanya, pertumbuhan tanaman padi akan terganggu jika pasokan pupuk tidak terpenuhi dalam waktu dekat, sehingga bisa merugikan petani. Dia mengharapkan pemerintah memerhatikan kebutuhan petani itu agar para petani tidak kelabakan.
Petani lainnya, Mahfud, mengaku hingga kini masih kesulitan mendapatkan pupuk. Dia tidak tahu lagi kemana harus mencari, padahal tanaman padinya mendesak diberi pupuk.
Dia mengharapkan pemerintah segera menyalurkannya agar para petani tidak kelabakan dan dirugikan. Tanaman padi satu-satunya harapan untuk kebutuhan keluarga, jika hasil panen tidak memuaskan, maka untuk menanam bawang pada tahapan selanjutnya akan kesulitan biaya. (BE.16/BE.12)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.