Kasus yang dibumbui isu Suku, Agama, dan Ras (SARA) menguncang Kabupaten Sumbawa, Selasa sore lalu. Fasilitas milik komunitas Bali diobrak-abrik oleh sekelompok massa. Toko-toko pun dijarah. Suatu panorama yang menggambarkan fakta kerusuhan dalam skala tertentu yang mewarnai perjalanan awal tahun 2013.
Bayangkan saja, sebanyak 35 unit rumah dibakar, puluhan rumah lainnya rusak berat, dua unit toko dan dua swalayan juga dijarah dan dibakar. Empat mobil dan tujuh sepeda motor dibakar. Satu unit hotel dibakar, satu bengkel dirusak dan dijarah. Daftar kerusakan lainnya, tujuh sepeda motor lainnya dirusak, enam unit toko dibakar, dan 142 unit kios di Pasar Seketeng, Kecamatan Sumbawa, juga dibakar. Dalam bahasa singkat dapat digambarkan sebagai ekspresi massif massa pada takaran yang tidak biasanya. Tidak berseiringan dengan karakter dasar masyarakat Sumbawa.
Versi pihak Kepolisian, berawal dari kasus kecelakaan lalulintas yang menewaskan gadis Arniati (30) yang dibonceng anggota Polri yang beragama Hindu Brigader I Gede Eka Swarjana (31). Namun, berkembang isu dugaan dibunuh hingga berkembang pada isu sentimen SARA. Sebagai satu dari empat daerah konflik di Indonesia, NTB memang rawan dikompori dengan isu seperti itu karena heterogenitas masyarakatnya. Potensi ini mesti selalu diwaspadai, karena bisa muncul pada daerah lainnya di pulau Lombok dan Sumbawa.
Kasus Sumbawa patut diprihatinkan bersama. Kita mengharapkan ada kesadaran bersama untuk melihat permasalahan secara lebih jernih. Kasus ini memerlukan pembuktian dan investigasi menyeluruh untuk transparansi materi. Jika aspek SARA yang dijadikan sandaran terhadap kasus tertentu, maka daampaknya akan sangat luas. Bisa muncul beragam eskalasi dalam porsinya masing-masing sebagai imbas dari ketidakdewasaan kolektif mendudukan pokok persoalan. Sumbawa—dan juga kota lainnya di NTB dan Indonesia—bisa menjadi ‘ladang pembumihangusan kelompok atau fasilitas komunitas tertentu secara massif’ jika meletakan angle peristiwa dari sudut sempit.
Tentu kita berharap episode buruk awal 2013 ini segera menemukan titik kedamaian. Konflik hanya akan menambah beban bagi harmoni sosial yang sudah lama dibangun. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.