Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Tahun 2013, saatnya Indonesia Bangkit

                         (Amirullah)

    Siklus kehidupan terus berjalan, pergantian waktu dari hari ke hari, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun terus mengiringi perjalanan hidup manusia. Waktu seolah menolak setiap interupsi dari setiap orang yang berharap belas-kasihannya. Dia hanya memberikan kado bagi orang-orang yang setia bersahabat dengannya dan siap ‘menghakimi’ setiap orang yang berbuat salah dan tidak bersahabat dengannya, itulah waktu. Tuhan pemilik waktu pun bersumpah dengan menggunakan kata waktu, sebagaimana dia bersumpah demi matahari, bulan, bintang, alam raya serta binaannya.

     Begitulah Tuhan mengajarkan manusia betapa pentingnya sang waktu sebagaimana pentingnya matahari untuk menghidupi manusia dan bumi tempat manusia bermukim.
    Kini miliaran manusia di seantero dunia bersuka ria menyambut tahun baru. Ragam ekspresi menyertai penyambutan itu, ada yang  berkonvoi di jalanan, upacara budaya, bersenang-senang dengan berwisata, pesta kembang api sampai menyambutnya dengan pesta minuman keras dan obat-obat terlarang hingga ‘beritikaf’ di tempat pelacuran. Begitulah ekspresi keceriaan menyertai Tahun baru berharap satu Tahun ke depana menjadi yang lebih ceria lagi dan berpihak pada para penggemar tahun baru.
2013? Sebuah tanda-tanya besar yang mengeliat pada setiap orang. Bagaimana dengan daerah Bima, apakah masih memertahankan ke-Bima-annya pada tahun 2013? Indonesia masihkah mampu bangkit dari keterpurukan, dan kembali menorehkan tinta-tinta prestasinya di pentas dunia? Bagaimana dengan korupsi? Konflik horizontal adakah solusinya? Bagaimana dengan kemiskinan dan pengangguran? Bisakah kita bersama menyuarakan tidak pada kriminalitas, obat terlarang, perilaku amoral? Lembaga-lembaga negara masihkah menunjukan integritasnya? Bagaimana dengan pendidikan kita, apakah masih tetap bisa menjadi lembaga memanusiakan manusia? Ya, sejuta pertanyaan mengiringi pergantian tahun. Bagaimana dengan semuanya? Tahun 2013 hanya menjawab “wahai manusia berkontemplasi lalu berkacalah engkau pada tahun 2012”.   
    Pada tahun 2012 banyak hal yang kita lalui, prestasi, kemajuan, musibah, bahkan kehancuran mengiringi bayangan sejarah. Daerah Bima bisa dibilang sebagai daerah sakti juga telah meninggalkan banyak kenangan pada tahun 2012. Pahit, manis, benturan politik, api yang membara, konflik yang mengakar sampai dengan good governance yang belum terwujud. Saatnya Bima yang sakti itu mulai berbenah dan berkaca pada sejarah sehingga tahun 2013 menjadi awal yang baik untuk menjadi Bima akbar yang sura dou labo dana, ngaha aina ngoho, ngahi rawi pahu. Filosofi-filosofi sakti itu diharapkan menjadi nyata pada tahun 2013.
    Kembali berkontemplasi pada tahun 2012, daerah Bima telah menjadi  wilayah “sukses”  dalam bidang konflik, bahkan sangat mengakar dari pusat kota hingga pelososk desa konflik mewarnai perjalanan tahun 2012 hingga sekarang belum mampu terselesaikan Bukan Bima kalau tidak konflik, begitulah label yang didapatkan pada level nasional. Kemiskinan, pengangguran dan gizi buruk di Kabupaten Bima masih ditinggalkan oleh tahun 2012. Belum lagi hasil audit BPK pemerintah Kabupaten Bima dinilai diskclaimer dan berbagai persoalan lainnya.
Pemerintah Kota Bima juga meninggalkan kenangan pahit  pada tahun 2012, baru-baru ini sebagaimana disinyalir oleh media Tempo, tahun ini KPK merilis datanya pada Selasa, 11 Desember 2012. Ada 16 pemerintah daerah yang dinilai integritasnya buruk pada 2012 ini. Ke-16 pemerintah daerah itu adalah: Medan, Cirebon, Jayapura, Bima, Ternate, Palu, Kendari, Bandung, Serang, Bengkulu, Semarang, Kabupaten Jember, Metro, Bandar Lampung, dan Depok. KPK memberikan nilai di bawah 6 bagi seluruh daerah tersebut. Kota Bima, termasuk yang terburuk integritasnya menurut KPK. Belum lagi angan-angan besar semua masyarakat Bima ingin menjadikan Bima sebagai kota pendidikan, namun ironi, justru yang terjadi adalah pengembangan bidang pendidikan belum massif dilakukan, malah yang terjadi adalah dehumanisasi pada institusi pendidikan kita. Praktik-praktik jahat mewarnai pendidikan kita, mulai dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi, perilaku amoral, kejahatan
intelektual (membuat skripsi mahasiswa) dan kurangnya penghargaan dan pembinaan terhadap generasi intelektual menjadi sejarah kelam Dana Mbojo pada tahun 2012.
    Bagaimana dengan Indonesia kita? Tahun 2012 juga menjadi sejarah kelam bagi Indonesia, pada beberapa bidang Indonesia sangatlah unggul dan berprestasi, di bidang korupsi dalam catatan Kemendagri Indonesia mampu ‘mencetak’ 283 Kepala Derah terjerat pelanggaran hukum dan kasus korupsi. Bidang kompetisi olahraga, Indonesia telah menorehkan prestasi kekalahannya pada saat olimpiade tanpa ada satu atlet bulutangkis pun yang mendapat mendali emas. Pada piala AFF pun Indonesia tertunduk kalah pada Malaysia dan yang benar-benar “berprestasi” hanyalah Kemenpora aroma korupsinya yang gemilang. Belum lagi bidang politik, Indonesia telah menunjukan kebisaannya dalam politik transaksional, Anggelina Sondakh, Nazarudin dan kawan-kawannya yang menyelamatkan dirinya dari kejaran KPK dan ribuan politisi daerah dan pusat seakan bersaing menunjukan kebisaannya. Belum lagi lembaga-lembaga negara yang semakin amburadul dan krisis integritas, KPK dan Polri bagai
‘tikus dan kucing’, lembaga-lembaga penegakan hukum yang lain juga belum menunjukan integritas dan kredibilitasnya di mata publik. Oknum tikus berdasi di DPR, Menteri, dan para pejabat yang jahat menunjukkan kebisaanya dalam menghancurkan bangsa ini dengan prestasi korupsinya.
Indonesia juga telah menjadi negara yang tidak aman hidup bermsyarakatnya, konflik, kriminalitas, kejahatan kemanusiaan, kemiskinan dan pengangguran yang masih mengakar. Tawuran pelajar mewarnai dinamika pendidikan kita, sampai dengan penegakan hukum yang terkesan berat sebelah menjadi bagian romantika perjalanan tahun 2012. Itulah tahun 2012. Tahun yang pada awalnya dirindukan oleh orang banyak dengan sejuta ekspresi dan kejutan dalam menyambutnya.   
    Suatu daerah dan bangsa yang besar adalah daerah dan bangsa yang mampu memaknai pesan-pesan sejarah. Mampu mengambil pelajaran berharga dari setiap masalah dan musibah yang menimpa, setia pada keyakinan bahwa bangkit adalah satu pilihan untuk menjadi daerah dan bangsa besar. Bukan malah romantis dan terpaku pada masalah yang setia mengiringnya pada kehancuran dan penderitaan yang berkepanjangan.
Penulis meyakini bahwa, bangsa Indonesia sedang diuji kesabaran, ketangguhan, idealisme dan kedewasaannya dalam menyelesaikan masalah demi masalah, kasus demi kasus. Hingga pada akhirnya bangsa Indonesia menjadi bangsa tangguh yang mampu memaknai masalah dan musibah menjadi peradaban dan kemajuan di atas nilai-nilai ketuhanan sebagaimana arti penting pancasila sehingga benar-benar menjadi bangsa yang bermartabat.
    Kita tahu bersama bahwa tidak ada bangsa besar atau negara maju di dunia ini yang lahir dan besar tanpa diuji ketangguhannya. Kita lihat Amerika, Jerman bagaimana pada perang dunia ke-2, Malaysia hanya negara kecil kemudian melesat perkembangannya, dan Jepang salahsatu negara yang diporakporandakan oleh Amerika melalui bom atom-nya sehingga kota Hiroshima dan Nagasaki rata dengan tanah. Namun, mereka bukanlah bangsa cengeng yang melihat masalah pada masalah, tetapi mereka justru bangkit dari masalah itu dan kemudian mengubah wajah masalah itu menjadi wajah peradaban dunia. Tidak salah negara-negara itu menjadi negara yang mampu menghidupi dan mensejahterakan rakyatnya dan produk-produknya mendunia hingga sekarang.
Indonesia kita tidak ada pilihan, kecuali pilihan hidup dan mati, yakni segera bangkit dan menuju Indonesia baru yang berkemajuan atau pilihan kedua. Kita secara bersama-sama melalui DPR RI menyepakati menghancurkan Indonesia dan membumi hanguskan dari belantara kehidupan dunia, namun untuk pilihan kedua hal yang tidak mungkin kita lakoni, berarti pilihan untuk bangkit adalah suatu keniscayaan bagi Indonesia kita.
Karena Indonesia memilih untuk bangkit, maka tahun 2013 adalah saatnya Indonesia dari pusat hingga daerah mulai berbenah. Aspek yang benar lanjutkan kebenaran itu, yang salah segeralah bertaubat dan semua yang mengaku diri insan Indonesia yang tua, yang muda, ras, suku, budaya, agama dan kelompok apapun bersatu padu, bahu-membahu pelopori Indonesia untuk bangkit dan satu pada komitmen untuk katakan “Tidak pada korupsi!”. Karena korupsi adalah akar dari kehancuran bangsa.
Bangsa ini dilahirkan dari rahim orang-orang yang berjuang dan memberi dari materi hingga jiwa, pantas Bung Karno berpetuah : “jangan tanya berapa yang telah negara ini berikan kepadamu, tapi bertanyalah berapa yang engkau perbuat untuk negaramu”  Semoga Tuhan meridhai Indonesia kita. Wallahua’lam   

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi
Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bima

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

SEMPAT meneteskan air mata ketika menyaksikan Palu yang porak poranda dari kaca pesawat sebelum mebdarat di kota itu. Hari pertama tiba, langsung menangani pasien...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.com.- Rupanya tanah di Kelurahan Penaraga Kecamatan Raba seluas 20,7 are yang menjadi objek perkara, telah disewakan kepada Abdullah, warga RT 09...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.- Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bima, menggelar diskusi refleksi akhir tahun, Sabtu (26/12/2015) di aula FKUB...

Pendidikan

Bima, Bimakini.com.- Tiga  tahun terakhir, dana tunjangan sertifikasi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Madrasah macet alias belum dibayarkan. Para  guru pun meradang. Namun,...

Pemerintahan

Kota Bima, Bimakini.com.-Pencanangan Bulan Bakti Gotong-Royong Masyarakat (BBGRM) Tingkat Kota Bima dilakukan Jumat (08/11)di halaman Pemerintah  Kota Bima. Kegiatan itu dirangkai dengan Hari Kesatuan...