Kota Bima, Bimakini.com.- Saat ini berbagai kemungkaran terjadi di negeri ini, seperti korupsi, judi, maksiat, pembunuhan dan berbagai kejahatan lainnya. Kenyataan ini tentu sangat memilukan, karena saban hari kemungkaran makin bertambah. Jika diibaratkan, ada 1001 kemungkaran di negeri ini. Hal itu dikatakan Ketua Jamaah Ansarut Tauhid (JAT) Wilayah Nusa Tenggara, Ustadz Abdul Hakimm saat acara dialog keagamaan yang diadakan oleh Pusat Studi Konflik Agama dan Budaya (Puskab) NTB, di aula SMKN 3 Kota Bima, Kamis (21/2).
Kemungkaran korupsi dan hukum yang ada saat ini, kata dia, tidak membuat para pelakunya jera. Pasalnya, hukum yang diterapkan masih membuat mereka tetap kaya, sehingga tidak takut untuk melakukan kejahatan. “Orang akhirnya tidak takut untuk melakukan kejahatan, karena menganggap gampang korupsi. Jika Syariat Allah yang ditegakkan, maka tidak akan terjadi hal seperti ini,” ungkapnya.
Mengurai 1001 kemaksiatan saat ini, katanya, sulit dilakukan, karena seolah menjadi benang kusut. Kemungkaran bukan justru kian dicegah, namun sebeliknya terus dibiarkan. Sebaliknya kebaikan dihambat untuk berkembang. “Sekarang terbalik, bukannya Amar Makruf Nahi Munkar, tapi mengajak kejahatan dan mencegah kebaikan,” ujarnya.
Untuk itu, baginya, tidak ada jalan lain, yakni menegakkan Syariat Islam. Apalagi jika melihat perjalanan sejarah berdirinya bangsa ini, diandil besar pada umat Islam. Namun justru mayoritas ummat Islam tidak bisa menjalankan Syariat, meski pernah menjadi rumusan dalam konsep dasar negara, yakni kewajiban umat Islam untuk memeluk dan menjalankan Syariat.
Sebelumnya, Direktur Puskab NTB, Muhammad Tahir Irhas, Sag, MPd, mengatakan karena perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia warisan dari perjuangan ulama dan ummat Islam, maka menjadi kewajiban untuk menjaga dan mengisinya. “Kita sadar secara historis, kemerdekaan ini karena erjuangan para ulama, kita perlu bertanggungjawab atas sejarah bangsa ini. Stabilitas nasional terpenuhi, jika kita tidak berada dalam faksi-faksi,” ujarnya.
Sementara itu, Pembantu Ketua (Puket) Satu Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Sunan Giri Bima, Drs Syach Fathurrahman, MA, mengatakan setuju bahwa Syariat Islam menjadi solusi atas kompleksitas persoalan yang ada. Hanya saja penerapan dan penegakan syariat itu mengalami hambatan dan benturan. Untuk itu perlu strategi dan upaya bagaimana mengubah aturan yang ada dengan penerapan syariat Islam. “Salah satunya menguasai parlemen,” katanya.
Islam, kata dia, sesuangguhnya adalah agama yang rahmatan lil alamin. Agama yang cinta kedamaian dan kemanusiaan, bukan agama kekerasan.
Pada kesempatan itu juga, JAT melalui juru bicara, Ustadz Asikin, menyerahkan buku nTazqiroh Ustadz Abu Bakar Baasyir kepada Direktur Puskab NTB, Ketua MUI Kabupaten Bima, KH Abdurrahim Haris, MA dan Puket III STIS Al Ittihad Bima, Drs Syach Fahturrahman, MA. Buku Tazqiroh ini pernah diserahkan oleh JAT ke Polres dan Polsek di Kota Bima dan sempat dihebohkan, karena diduga paket bom. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.