Ujicoba Ujian Nasional (UN) dilaksanakan beberapa waktu lalu. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap materi pelajaran. Madrasyah Aliyah Negeri 2 Kota Bima meraih hasil tertinggi pada ajang yang dihelat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Kota Bima itu. Setidaknya, itu menggambarkan berbagai upaya selama ini dan posisi siswa. Namun, tentu saja, itu bukan kesimpulan akhir. Bukan acuan sesungguhnya untuk dijadikan nilai UN nanti. Ujicoba hanya sebatas media evaluasi.
Bagi sekolah lain dengan hasil yang belum maksimal, hasil ujicoba merupakan sarana untuk melecut semangat baru. Masih ada waktu untuk berbenah melalui serangkaian cara kreatif me-mark up potensi siswa. Mesti lebih didalami mengapa pencapaian ujicoba seperti itu untuk perbaikan ke depan. Jangan sampai hasil sementara itu mengurangi hasrat untuk mencapai hasil yang lebih tinggi lagi. Jangan sampai pula guru kehilangan daya juang dan pasrah hingga akhirnya mengalihkan cara dengan pilihan tidak rasional. Misalnya, merancang cara dan strategi memberitahu siswa saat UN sesungguhnya.
Di luar itu, persiapan menghadapi UN jangan sampai direcoki urusan politik praktis yang bukan wilayah domain guru. Di tengah persaingan politik yang semakin mengental dala pemilihan Wali dan Wakil Wali Kota Bima, incaran terhadap para guru pasti ada. Kita mengharapkan guru tetap ber-istiqamah terhadap tugas pokok dan fungsinya untuk mencerdaskan siswa. Jajaran pendidikan mesti kompak menolak setiap upaya yang ingin menggiring ke kubangan politik. Jika saja unsur pendidikan sudah memasuki atau dimasuki ranah politik, maka tunggu saja kehancurannya.
Sekali lagi, guru Pembina UN mesti terus mengingatkan siswa agar tidak terlena dan menjadikan hasil ujicoba sebagai tolok-ukur. Terus menyiapkan diri untuk meraih hasil maksimal. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
