Connect with us

Ketik yang Anda cari

Hukum & Kriminal

Keluarga Desak Otopsi, Jenazah Eja Urung Dikuburkan

Dompu, Bimakini.com.- Warga Woro Desa Baka Jaya Kecamatan Woja, Sirajudin (21), yang menjadi korban peluru tim  Densus 88 Antiteror, tiba di Dompu. Jenazah  tiba sekitar pukul 20.00 WITA, Selasa. Namun, proses penguburan belum dilakukan karena keluarga meminta otopsi setelah melihat ada kejanggalan.

Saat tiba di rumah duka, anak pertama pasangan Fikram-Suharni itu disambut tangisan haru keluarga dan ratusan warga setempat. Mayat Sirajudin atau lebih dikenal Eja rencananya dimakamkan kemarin.
Bahkan, Juned, keluarga korban, Rabu (27/2) mengaku lubang kuburan telah digali sejak hari Sabtu lalu.
Namun, ada kejadian lain. Orangtua korban dan keluarganya mengaku kaget ketika membuka peti mayat. Mereka menemukan kejanggalan, pada bagian dada sampai ke pusar korban terlihat telah dijahit. Setelah melihat kejanggalan itu, pihak keluarga korban mengurungkan niatnya menguburkan mayat.
“Kami melihat adanya kejanggalan dalam tubuh Sirajudin,” ujar Baharudin,  keluarga korban yang ikut bersama rombongan menjemput jenazah  ke  Jakarta.
Kata Baharudin, keluarga tidak ingin diam begitu saja dan untuk membuktikan apa yang terjadi adalah mengotopsi. “Sebelum kita kubur jenazah Sirajudin harus diotopsi dahulu,” ujarnya.
Dia menambahkan langkah ini perlu dilakukan agar dapat membuktikan mengapa ada jahitan dan pembedahan itu dilakukan tanpa izin dari keluarga Sirajudin.
Baharudin mengawal proses  keberadaan Sirajudin sejak  dinyatakan hilang. Dia tidak ingin masalah itu berhenti sampai di situ saja tanpa pembuktian. Mantan anggota TNI ini mengatakan langkah itu dilakukan agar kasus yang sama tidak terulang.
Sepengetahuanya, sirajudin bukan anggota kelompok teroris. Selain menemukan kejanggalan jahitan di perut sekitar 30 cm, juga di temukan ada bekas tembakan di kepala. Dia tidak ingin berandai-andai mengapa ditembak di bagian  kepala. “Orang bodoh saja akan tahu hal itu,” ujarnya.
Dikatakannya, otopsi perlu dilakukan agar tidak ada lagi pertanyaan kemudian hari. Selain itu, agar nanti setelah dikuburkan jenazahnya tidak dibongkar. “Sekalian sebelum dikubur diotopsi supaya semuanya jadi jelas,” katanya.
Baharudin berjanji tetap akan terus mencari keadilan dan kebenaran atas apa yang menimpa keluarganya itu.
Di tempat yang sama, Kapten Iswan, anggota Kodim 1614 Dompu sangat menyayangkan sikap pihak Polri yang terlihat tidak transparan dalam mengungkap kasus itu. Ketidaktransparan itu dapat dilihatdari sikap Polri yang sejak  awal tidak memberitahukan kepada pihak keluarga Korban tentang dugaan keterlibatannya dalam jaringan teroris. Hal yang mengherankan adalah sikap Polisi seakan-akan sengaja menyembunyikan masalah ini ke public. “Kalau dikatakan terlibat sampai dimana keterlibatannya,” ujarnya.
Dia mengatakan itu pun jenazah Sirajudin ini baru diketahui merupakan korban penembakan Densus 88 setelah pihak keluarga mengecek ke Jakarta. Diduga, jenezah itu sempat dikirim ke Poso karena diduga warga Poso.
Senada dengan Baharudin, Iswan bersikukuh agar jenzah keluarganya ini  diotopsi. Hal itu dilakukan untuk membuktikan mengapa pembedahan dilakukan dan jahitan pada tubuh korban. “Kita mau mencari keadilan,” ujarnya.
Dia berharap agar keinginan keluarga mengotopsi berlangsung lancar dan tidak ada hambatan. Bila perlu jika RSUD Dompu tidak bersedia, mereka akan membawa  ke Mataram.
Bagaimana mayat Sirajudin sampai ke  Dompu? Menurut Iswan, hal itu  setelah perjalanan panjang dan berliku. Saat ke Jakarta bertemu Komisi III DPR RI dan disambut baik. Bahkan, Komisi III langsung merespons dengan membentuk Tim Khusus karena informasi yang mereka dengar masih ada tiga jenezah terduga teroris yang belum diketahui keluarganya, termasuk Sirajudin. “Bagaimana keluarga tidak mengakui karena nama orang yang dicari itu beda dengan nama aslinya,” ujarnya seraya mengakui nama versi Polisi adalah Faiz.
Sejumlah keluarga Sirajudin juga menyayangkan sikap Polisi yang tidak transparan  dalam menangani masalah itu. Mestinya, kalau benar Sirajudin salahsatu terduga teroris, mengapa saat penembakan tidak langsung memberitahukan keluarga korban. “Polisi tidak transparan,” ujar Jamal, keluarga korban.
Ratusan warga dari berbagai desa memadati rumah Sirajudin. Anggota DPRD Dompu, Ilham Yahyu dan Hj. Nurlaila, terlihat. Mereka memfasilitasi pertemuan antara pihak Polres Dompu dan keluarga korban agar diberikan surat keterangan untuk otopsi. “Kita akan membantu demi kemanusian,” ujar Ilham Yahyu sebelum menuju Polres Dompu.
Sesampai di Polres, Kapolres dan beberapa pejabat lainnya rapat internal. Informasi terakhir, pihak Kepolisian menolak dan dijawab warga Baka Jaya dengan blokade jalan. (BE.15)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.- Tim dokter dari Polda NTB dibantu dokter RSU Mataram telah mengotopsi jasad Siti Asmah, dan tidak ditemukan tanda kekerasan dalam organ tubuh...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Kuburan, Siti Asmah (48), asal Dusun Palia Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa digali kembali sekitar pukul 10.30 WITA, Rabu (21/3). Penggalian itu menyusul...

Berita

Kota Bima, Bimakini.-  Ratusan orang tua murid SDIT/TKIT Insan Kamil Kota Bima mengikuti  sosialisasi Pendidikan Keluarga, Pengasuhan Positif di Era Digital. Hadir sebagai narasumber,...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.- Hasil otopsi jenazah Lilis Suryani saat ini telah diketahui oleh Kasat Reskrim Polres Bima Kabupaten, AKP. Ilyas Erikson, SH, SIK. Namun, hasil...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.-   Warga Desa Bolo Kecamatan Madapangga, Suryani, SPd,  dijambret oleh dua  remaja sekitar puku 14.20 WITA, Kamis. Peristiwa itu memicu reaksi keluarga korban....