Sosok Sekretaris Daerah (Sekda) Dompu sudah jelas. H. Agus Bukhari, namanya. Mengisi jabatan setelah setahun lebih lowong. Agus akan menakodai gerbong PNS dan administrasi pemerintahan. Sebagai posisi puncak karier birokrat, harapan terhadap Agus tentu saja membuncah hebat dari sejumlah kalangan. Internal birokrasi, juga masyarakat umum.
Kita berharap pascapelantikan Kamis lalu, Sekda langsung ‘tancap gas dengan persneling tinggi’ memulai bara semangat pengabdian. Tidak ada waktu berleha-leha, apalagi mengawetkan euforia berkepanjangan. Di depan mata, betangan tugas telah menanti dan itu memerlukan konsolidasi cepat antarlini. Kita pun berharap ada warna lain yang disuguhkan Agus dalam dinamika pemerintahan Dompu. Lebih dari yang ditunjukkan para pejabat sebelumnya. Tantangannya adalah mesin birokrasi semakin memanas menyusul perubahan lingkungan sekitar yang semakin cepat. Seperti pengingatan Bupati Bambangm bahwa kemajuan pemerintahan dan kinerja birokrasi sangat ditentukan oleh mentalitas dan profesionalisme pemimpin birokrasi dalam merespons peluang dan tantangan tugasnya. Nah, di sinilah posisi Sekda dipertaruhkan. Apakah hanya sekadar mengisi kelowongan atau mampu memberi ‘nutrisi baru dan bernilai tinggi’ bagi kesehatan birokrasi.
Sisi lainnya adalah Sekda ditantang untuk mampu menjalin koordinasi dengan semua lini pemerintahan, terutama pimpinan Satuan Kerja. Ketidakhadiran para pesaingnya dalam bursa perburuan Sekda saat pelantikan Kamis lalu adalah sinyal bahwa ‘pekerjaan rumah’ itu adalah konsolidasi internal. Pengalaman menjadi Pelaksana Tugas Sekda, setidaknya menjadi bekal awal menyusuri rimba raya birokrasi Dompu.
Akhirnya, kita berikan kesempatan Sekda mengeksplorasi kemampuannya sambil memantau dan mengawasi kinerjanya. Secara normatif, mari mendukung langkah-langkah positif yang dilakukannya. Namun, mesti ada keberanian kolektif untuk ‘menyemprit’ kebijakan jika di luar koridor. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
