Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

BMKG: Waspada Angin Kencang hingga April

Kota Bima, Bimakini.com.- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, memrediksi pembentukan awan konvektif (columbus nimbus), salahsatu pemicu angin kencang dan puting-beliung, berpotensi  terjadi hingga menjelang fase transisi, April mendatang. Untuk itu, masyarakat terutama di wilayah Selatan, Utara Bima, dan Dompu, harus waspada.

Forcaster BMKG Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Surya Dharma, Ah.Pg, berdasarkan data stasiun setempat, beberapa pekan lalu, terjadi penurunan temperatur di benua Australia, sehingga memicu hujan lebat dan badai narele (trusty) yang meluas ke Selatan NTB, ke Bali kemudian kembali ke benua itu. Fenomena tersebut diperkirakan menjadi pemicu insiden rubuhnya sejumlah rumah di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.
“Kita belum mengindentifikasi, tapi memang berdasarkan catatan stasiun pusat, sempat terjadi trusty yang bergerak dari Austalia ke Selatan NTB dan Bali kemudian kembali di sana,” jelasnya di BMKG setempat, kemarin.
Dikatakannya, penyebab rusaknya puluhan rumah warga Kecamatan Langgudu bisa disebabkan putingg beliung maupun angin kencang. Secara umum, puting-beliung akan meninggalkan jejak terutama pada tanah yang menyerupai lingkaran kerucut.
Selain itu, sebelum terjadi angin tersebut akan ditandai pembentukan awan konvektif dan bisa disertai petir. “Masyarakat harus bisa bedakan antara puting-beliung dengan angin kencang, squaltion atau gasty. Kalau gejala di Langggudu sudah tercatat, hanya saja user-nya tidak sampai ke situ. Sebelumnya, kita sudah mengirimkan peringatan kepada masyarakat,” katanya.
    Disebutkannya, berdasarkan analisis dan hasil pengolahan data stasiun setempat, awan konvektif berpotensi dan biasanya terbentuk pada wilayah utara meliputi Kelurahan Kolo Kecamatan Asakota Kota Bima, Kecamatan Sanggar, Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu. Selain potensi badai dan petir, warga pemukiman dataran tinggi seperti di Kelurahan Dodu dan sebagian Wawo harus mewaspadai potensi longsor (run off).
     “Kalau wilayah Utara Bima dan Dompu lebih didomuiasi hujan, kalau wilayah Selatan di dominasi tinggi gelombang yang masih cenderung statis antara 1-3 meter. Saat ini nelayanan bisa saja berlayar, tapi harus  waspada,” ingatnya.
     Dikatakannya, sepekan terakhir curah hujan di Bima masih berkisar 30-40 milimeter (mm), sedangkan di Dompu, 60-100 mm.  “Untuk bulan Maret masih dalam musim hujan hanya saja, ada kekosongan, untuk hujan puncaknya sudah kita leewati Februari lalu, kondisinya  bisa dibilang menuju  transisi, kita masih kumpulkan data,” katanya. (BE.17)
 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Wilayah Bima merupakan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di ujung...

Opini

Oleh :  Anas Baihaqi, S.P. Sebagaimana dimaklumi bahwa Indonesia adalah negara yang terletak di kawasan garis lintang 0o atau yang biasa dikenal dengan garis...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST (Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Pada akhir bulan Maret 2021 Stasiun Klimatologi Lombok Barat NTB telah melakukan diseminasi informasi...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Observer dan Forcaster Iklim BMKG NTB) Masih sangat hangat perbincangan tentang Siklon Tropis “Seroja” yang menghantam wilayah Nusa Tenggara...

Opini

Oleh : Anas Baihaqi, S.P. (Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat) Jika diterjemahkan secara bebas, yang dimaksud dengan “new normal” atau kenormalan yang baru,...