Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Kesadaran Kaum Muda

Pekan lalu, kamera wartawan menyorot  sekumpulan pelajar yang menduduki taman depan Paruga Nae Kota Bima. Ngerumpi berbicara berbagai hal sambil usil merusak rerumputan. Tepat di depan papan nama fasilitas yang kini kian tidak tersentuh kantung masyarakat kebanyakan. Mereka merusak wajah taman. Perilaku serupa juga diidentifikasi terjadi di areal Taman Ria. Jika mata Anda jeli, beton penghias taman di bagian Utara lapangan Pahlawan Raba juga dicorat-coret, menciderai pemandangan.

Sejumlah contoh mengakumulasi simpulan sementara bahwa kesadaran kaum muda memiliki fasilitas yang menambah indah pesona kota masihlah rendah. Entah pada level berapa. Perlu penelitian dan survai untuk memetakannya. Fenomena kaum muda yang usil terhadap fasilitas sesungguhnya ‘bagian dari warna’ suatu kota, terutama pada tahapan awal. Bahkan, muatan destruktifnya bisa lebih dari sekadar mencabut atau mencoret. Pencarian identitas dan kegalauan sikap kaum muda terkadang  diekspresikan dalam kecenderungan negatif.
Sejumlah kasus itu tentu saja tidak menggambarkan sikap keseluruhan kaum muda Mbojo. Masih ada komunitas muda lain yang peduli terhadap kenyamanan daerah ini. Mereka hadir sebagai ‘sparing partner’ untuk mengimbangi warna buram yang membopengi kota. Sekadar contoh, apa yang dilakukan Komunitas Sarangge Mbozo, pecinta alam, dan lainnya selama ini adalah bagian dari mereka yang menyadari makna estetika lingkungan. Mereka mesti diapresiasi di titik ini. 
Ajakan membudayakan hidup dalam warna keindahan alam, sejatinya terus digaungkan. Tidak hanya pada fasilitas di tengah kota, tetapi juga tempat wisata. Kadang kita tampil egois, bersikap tidak bijaksana terhadap alam yang menyangga kehidupan. Suatu pilihan tepat jika kesadaran pada aspek pengembangan kepariwisataan diiringi kesadaran dalam aspek budaya. Membudayakan kebersihan lingkungan dan budaya kekentalan rasa memiliki.
Menilik kota lainnya yang nyaman dikunjungi, maka ‘pekerjaan rumah’ yang harus dituntaskan adalah membudayakan rasa memiliki daerah, terutama di kalangan muda. Jika mereka sudah menyadari makna posisinya, akan menyuguhkan ketegasan warna pesona suatu daerah. Jika bukan kita, siapa lagi? (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Politik

Dompu, Bimakini.com.- Fondasi dari conflict governance dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) damai adalah kesadaran demokrasi. Artinya mekanisme demokrasi akan berjalan efektif dan menjadi...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.- Dalam rangka Meningkatkan Pemahaman Keselamatan Berlalu Lintas,  Rabu (28/10/2015), Dinas Perhubungan bersama PT. Jasa Raharja Persero Bima  mengadakan acara sosialisasi Undang –...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.- Dalam rangka Meningkatkan Pemahaman Keselamatan Berlalu Lintas,  Kamis (28/10/2015), Dinas Perhubungan bersama PT. Jasa Raharja Persero Bima  mengadakan acara sosialisasi Undang –...

Politik

Bima, Bimakini.com.- Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Bima, menilai ada kevakuman kaderisasi politik. Figur yang tampil dalam Pilkada mengesankan tidak memberi ruang pada kader...

Peristiwa

KENAPA KNPI memilih bernyanyi, tidak diskusi untuk membangun komunikasi dengan kelompok muda di kampus? Ketua DPD KNPI Kota Bima, Dzul Amirulhaq, mengatakan diskusi, seminar,...