Kota Bima, Bimakini.com.- Apa bentuk bantuk bantuan yang diharapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dari pihak Konsulat Jenderal AS? Pertanyaan itu diajukan oleh Konsulat Jenderal AS, Mr. Joaquin Monserrate, saat pertemuan dengan Wali Kota Bima, HM. Qurais, Kamis, di kantor Pemkot Bima.
Saat itu, Qurais mengatakan bantuan yang diharapkan adalah kerjasama dalam hal perencanaan dan pembangunan sanitasi, pertukaran pelajar/tenaga pendidik dan berbagai pengembangan bidang pendidikan lainnya juga bantuan pembangunan Rumah Sakit. Dalam hal transportasi, yaitu penambahan maskapai penerbangan untuk memudahkan akses perhubungan dari dan ke Kota Bima.
Saat itu, Mr. Joaquin Monserrate, menyatakan Pemerintah AS dan Indonesia sedang menjalin kerjasama untuk pembangunan bidang kesehatan dan pendidikan, dengan nilai kerjasama sebesar 600 juta dolar AS atau sekitar Rp5,4 triliun.
Dikatakannya, wilayah NTB termasuk dalam kawasan yang akan dibangun. Setelah mendengar usulan Pemkot Bima, tentunya dapat dipertimbangkan lebih lanjut untuk diakomodir dengan dana kerjasama tersebut.
“Untuk pembahasan lebih lanjut, Konjen AS akan kembali berkunjung ke Kota Bima dalam waktu dua atau tiga bulan lagi,” katanya.
Pada bagian lain, Qurais menyatakan dana pembangunan Kota Bima sebagian besar masih berasal dari pemerintah pusat (APBN). Saat ini, ada beberapa infrastruktur yang menjadi perhatian utama Pemkot Bima, yaitu pelabuhan laut, Bandar Udara, pasar, PLTU, dan Rumah Sakit.
Dikatakannya, untuk pembangunan semua infrastruktur tersebut, masih mengharapkan dana dari APBN. Untuk pembangunan pasar, sudah mengajukan proposal kepada Pemerintah Pusat untuk pasar seluas 5 hektare. Lokasinya akan diusahakan menimbun laut.
Ditambahkannya, kendala yang kami hadapi, khususnya menyangkut keterbatasan infrastruktur adalah Bandar Udara Bima memiliki landasan yang sangat pendek, sanitasi di Kota Bima belum terbangun maksimal, pendangkalan teluk terjadi semakin cepat dari tahun ke tahun. Selain itu, ketiadaan unit ICU/IGD yang memadai.
Qurais menyatakan ingin membangun Rumah Sakit yang representatif, cukup hanya tipe D, namun diistimewakan untuk fasilitas ICU/IGD. “Selama ini jika ada masyarakat yang sakit parah, harus dirujuk ke Mataram dan banyak yang meninggal dalam perjalanan,” katanya. (BE.12)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.