Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

‘Sembako Politis’

Kegiatan sosial berbumbu aroma politis muncul di Lingkungan Bonto Kelurahan Kolo Kota Bima. Pembagian Sembako kepada warga tidak mampu oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker), Selasa (12/3) pagi, menuai sorotan dari sebagian warga setempat. Ada selipan stiker pasangan bakal calon Qurais-A. Rahman (Qurma) dalam kantung plastik itu. Setidaknya itu pengakuan dan dilihat mata telanjang warga. Apalagi, pembagian melibatkan kontraktor yang merupakan pendukung salahsatu pasangan bakal calon.    

Tentu saja, kejadian itu perlu diselidiki lebih jauh. Setidaknya untuk sejumlah alasan. Dari sisi pendidikan politik, para “penumpang gelap yang bermain dan mengiringi alur gerak birokrasi” adalah contoh buruk karena justru membodohkan rakyat. Panitia Pengawas Pemilu selayaknya bergerak cepat mengidentifikasi karena  meresahkan sebagian masyarakat. Harus diakui, potensi ‘menumpang gerbong’ seperti itu kerap dilakukan oleh oknum yang menganggap diri nyaman berlindung “di bawah ketiak kekuasaan”.
      Dari kasus itu, ke depan selama waktu masih tersisa, maka potensi pembelokkan arah sasaran pembagian sangat tinggi pada program-program yang sifatnya populis. Dalam beragam bentuknya. Sekali lagi, dengan cara menumpang alur gerak mesin birokrasi. Sisi inilah yang mesti terus diintip bersama, melaporkan pada kesempatan pertama ketika ada kejanggalan muncul. 
      Masyarakat harus kritis, jangan (lagi) mau dibodohi oleh pesan-pesan yang mendompleng suatu bantuan. Apalagi, ada pengakuan bahwa  sebagian warga tidak mampu di lingkungan Bonto yang berbeda pilihan tidak mendapatkan bantuan Sembako. Suara protes warga itu menunjukkan nada keresahan karena merasakan ketidakadilan distribusi dan hadirnya ‘penumpang gelap’. 
     Bagaimana dengan wilayah lain? Inilah yang mesti diintip bersama. Alokasi bantuan pada program-program yang sifatnya populis, lazimnya menggeliat pada akhir masa jabatan penguasa. Pembagian oleh pejabat pemerintah tidak masalah, tetapi keterlibatan ‘mesin politik’ di luar birokrasi patut disesalkan. Biarkan masyarakat miskin menikmati jatahnya tanpa direcoki embel-embel politis lainnya.
      Sebenarnya, beragam warna pilihan politik masyarakat Kota Bima merupakan ‘modal’ untuk mengetatkan pengawasan terhadap upaya penggiringan kesan sesuatu terhadap bantuan. Bagaimana di lingkungan Anda? (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

NTB

Mataram, Bimakini.- Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, meminta kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB untuk memastikan stabilitas ketersediaan...

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.-  Mahasiswa Universitas Mataram (Unram) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Fakultas Hukum Bima (FKMFHB) membagikan 60 bungkus Sembako gratis kepada warga...

Pemerintahan

Kota Bima, Bimakini.com.- Pembagian Sembako kepada warga tidak mampu oleh Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker), Selasa (12/3) pagi di Lingkungan...

Ekonomi

Kota Bima, Bimakini.com.- Jajaran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima, Senin (11/2), memantau harga Sembako di pasarana. Kegiatan itu dilakukan untuk mengantisipasi...

Peristiwa

Bima, Bimakini.com.- Hingga kini sebagian besar anak-anak korban insiden penyerangan dan pembakaran lingkungan Godo desa Dadibou Kecamatan Woha Kabupaten Bima masih trauma. Sebagian masih...