
Ustadz Son Hadi (pegang mik)/Jubir JAT Pusat
Kota Bima, Bimakini.com.- Berbagai kasus yang terkait dengan aksi terorisme, selalu dikaitkan dengan kelompok Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Tuduhan-tuduhan itu oleh jamaah yang didirikan oleh Ustadz Abu Bakar Baasyir dianggap biasa. Justru semakin dituduh tanpa bukti yang jelas, makin mendapat tempat di masyarakat. Pernyataan itu disampaikan oleh Juru Bicara JAT Pusat, Ustadz Son Hadi, kepada wartawan di Bima, Minggu (21/4).
Kekejaman Negara melalui Detasemen Khusus (densus) 88 terhadap ummat Islam, kata Son Hadi, sudah diluar ambang batas. Kasus yang terjadi belakangan adalah pembunuhan terhadap ummat Islam di Poso, Makassar dan Dompu, Januari.
Bahkan, kata dia, dalam catatan aparat sendiri setidaknya 92 umat Islam yang ditembak tanpa proses peradilan, lantaran dituding teroris. justru tindkan itu membuat ummat sadar dan muak terhadap tindakan Negara, sehingga muncul reaksi pembubaran. “Termasuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin,” ujarnya di Lawata.
Setidaknya, kata dia, saat ini JAT sudah terdapat disejumlah wilayah, seperti Sumatera, Kalimantan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara. Bahkan saat ini permintaan pembentukan JAT datang dari Ternate. “Insya Allah dalam waktu dekat akan dibentuk di Ternate,” ujarnya.
Son Hadi mengaku saat ini mulai muak dengan perilaku pejabat Negara. Pasca pemilu atau pilkada, mereka tidak bisa memenuhi apa yang menjadi harapan ummat. JAT menilai system demokrasi hanya memecah belat umat Islam dan membawa ke kufuran. “Solusi yang kami tawarkan adalah, mengubah secara revolusioner kondisi saat ini,” ungkapnya. (BE16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
